REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Siklon tropis cempaka dan dahlia yang sempat mengakibatkan cuaca ekstrem di wilayah DIY mulai menyadarkan masyarakat. Setidaknya, 10 kepala keluarga (KK) yang ada di daerah rawan bencana Kabupaten Sleman sudah bersedia untuk direlokasi.
"Beberapa di Dusun Sengir menyatakan diri siap direlokasi, jadi ada 10 KK yang dulu tempatnya ada bencana gempa bumi 2006 yang di atasnya sempat amblas," kata Bupati Sleman, Sri Purnomo, kepada Republika, Ahad (3/12).
Ia menuturkan, pada saat cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari lalu di sekitaran DIY, satu kandang ternaknya sudah terkena longsoran tanah. Bahkan, satu ekor sapi yang mereka miliki telah mati terkena longsor tersebut.
Sri menekankan, kepala desa di sana pun telah menuturkan kalau tanah-tanah sekitar sudah mengalami retak setidaknya dua meter. Karenanya, bila retakan-retakan itu terisi air, bukan tidak mungkin tanah akan melorot kembali.
"Sementara, mereka mengungsi ke tetangga-tetangga yang aman," ujar Sri.
Terkait relokasi sendiri, ia menjelaskan, Pemkab Sleman tengah mencari lokasi-lokasi bagi masyarakat yang sudah bersedia direlokasi. Namun, Sri menekankan, Kabupate Sleman sudah memiliki sistem relokasi sendiri.
"Termasuk, nanti pakai kas desa dulu, dibantu pembangunan per rumah 30 juta, sudah ada mekanismenya," kata Sri.
Untuk itu, ia tetap mengimbau masyarakat Kabupaten Sleman agar tetap meningkatkan kehati-hatiannya terhadap bencana yang mungkin terjadi. Terutama, lanjut Sri, mereka yang berada di lereng atas Prambanan.
Terlebih, tanah dari rumah-rumah yang ada di lereng Prambanan hanya datar bagian rumah, dan belakangnya sudah bukit. Karenanya, relokasi dirasa sebagai langkah yang memang harus dilakukan sebelum terjadi longsor.