REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan. Salah satunya pembenahan di Jalan Malioboro yang merupakan salah satu ikon Kota Yogya.
Pembenahan itu salah satunya dengan secara rutin melakukan bersih-bersih atau "reresik" Malioboro. Kegiatan yang rutin digelar setiap bulan pada Selasa Wage itupun menjadi momen bagi Malioboro untuk sejenak terbebas dari pedagang kaki lima (PKL) serta becak dan dokar yang biasa mangkal di sepanjang jalan tersebut.
Pada Selasa (5/12) adalah bertepatan dengan Selasa Wage dan merupakan kegiatan reresik untuk ketiga kalinya. Dalam edisi ketiga ini, masih mengusung tema kebersihan atau reresik Malioboro. Bedanya, kegiatan Selasa Wage edisi ketiga ini difokuskan pada pembersihan Malioboro dari vandalisme atau corat-coret.
"Harapannya, kegiatan ini akan menjadi sebuah kebiasaan bagi seluruh komunitas di Malioboro. Mereka akan otomatis melakukan kegiatan bersih-bersih bersama pada Selasa Wage," ujar Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Selain melibatan PKL, Pemkot juga mengajak para pengelola toko di sepanjang jalur tersebut untuk terlibat. Para pedagang turut berperan dengan melakukan pengecatan ulang tembok-tembok atau pagar-pagar yang ada di Malioboro sehingga terbebas dari vandalisme.
PKL yang terbagi dalam beberapa paguyuban atau komunitas ini juga dibantu petugas membersihkan saluran air, menyapu jalan dan memunguti sampah yang berada di sekitaran Jalan. Kegiatan bersih-bersih Malioboro yang dilakukan pedagang dan petugas kebersihan ini dimulai sekitar pukul 06.00 WIB dan selesai pukul 08.00 WIB.
Putri, salah satu wisatawan dari Riau menuturkan, kegiatan ini memang bagus karena demi kepentingan bersama. Terlebih, Malioboro merupakan salah satu ikon Kota Yogyakarta, sehingga kalau Malioboro bersih tentu akan mencerminkan wajah Kota Yogyakarta yang bersih.
"Kita dukung, mudah-mudahan bisa bersih tiap hari," ujar Putri.