REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kemungkinan Arab Saudi akan selaras dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Seperti dilaporkan Al Araby, Rabu (6/12), Agustus lalu Trump mengirim delegasi utusan tertingggi AS ke Timur Tengah untuk membahas perundingan damai, yang telah dibekukan sejak negosiasi yang gagal pada 2014. Sepanjang upaya diplomatik dari AS itu pejabat Palestina mengungkapkan ketidaksabarannya dengan penasihat senior Jared Kushner.
Mereka berpendapat tidak bisa melihat jelas ke mana arah atau substansi AS dalam perundingan tersebut. Beberapa pejabat bahkan menuduh Kushner terdengar seperti penasihat Netanyahu.
Kemudian, menurut sumber resmi dari Gedung Putih, pada Oktober Kushner melakukan kunjungan rahasia selama empat hari ke Arab Saudi sebelum melakukan perjalanan ke Israel membahas perdamaian Timur Tengah. Sebulan kemudian Presiden Palestina Mahmoud Abbas tiba di Arab Saudi melakukan pembicaraan mendadak dengan Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Menurut New York Times, pejabat Palestina, Arab dan Eropa yang mendengar versi Abbas dari percakapan di Riyadh mengatakan Putra Mahkota menyarankan negara Palestina di wilayah-wilayah yang tidak bersebelahan dengan Tepi Barat yang diduduki memiliki kedaulatan terbatas. Riyadh juga menyarankan ibu kota Palestina ditempatkan di Abu Dis, di pinggiran kota Yerusalem Timur yang diputus oleh pemisah dengan Israel. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Lebanon yang berbicara dengan Abbas setelah perundingan di Saudi.
Mayoritas permukiman ilegal di Tepi Barat juga tetap ada, sementara hak untuk mengembalikan pengungsi Palestina dan keturunan mereka justru dikesampingkan. Pejabat senior sekaligus politikus Lebanon juga telah diberitahu mengenai pembicaraan di Riyadh. Abbas diberi tenggat waktu sampai dua bulan untuk menerima kesepakatan tersebut atau menghadapi tekanan mengundurkan diri.
Gedung Putih menolak rencana yang dituduhkan tersebut pada Ahad. Arab Saudi juga membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan mereka berkomitmen untuk sebuah permukiman berdasarkan inisiatif Perdamaian Arab 2002, yang mencakup sebuah negara Palestina pada perbatasan 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kota Palestina.
Soal Yerusalem, Trump Juga Hubungi Raja Salman dan Abdullah