Jumat 08 Dec 2017 16:43 WIB

Sikap Politik AS Berdampak tak Langsung ke Ekonomi Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani memberikan keterangannya kepada wartawan di Kantor Apindo, Jakarta, Jumat (26/2).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani memberikan keterangannya kepada wartawan di Kantor Apindo, Jakarta, Jumat (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap politik Amerika Serikat (AS) berdampak tidak langsung bagi ekonomi dan bisnis di Indonesia. Di sisi lain, antisipasi ketidakstabilan politik semacam ini direspon dengan kehati-hatian yang justru menahan pertumbuhan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukadani mengatakan, di dalam negeri, sikap politik AS sendiri tidak banyak terpengaruh. Meski begitu, dampaknya terhadap Indonesiapasti ada meski tidak langsung.

Bila situasi politik global memburuk, semua faktor bisa terpengaruh seperti volatilitas mata uang dan harga minyak. Harga minyak naik akan memengaruhi impor minyak oleh Indonesia.

Begitu pula ekspor nasional. Ketidakamanan akan memicu potensi gangguan ekspor. ''Ketidakstabilan keamanan berpengaruh pada banyak hal,'' ,'' kata Hariyadi melalui sambungan telepon, Jumat (8/12).

Ketidakstabilan politik seperti ini Apindo nilai memang agak repot karena antisipasi yang dilakukan dunia usaha biasanya dengan efisiensi dan kehati-hatian. Dampaknya, bila semua pihak berpikir hati-hati, ekonomi melambat.

''Karena kondisi ini di luar kendali,'' kata Hariyadi.

Bagi Indonesia, kondisi itu ditambah lagi dengan suasana pasca Pilgub DKI Jakarta yang efeknya masih terasa sampai sekarang. Tidak bisa dipungkiri isu politik Pilgub DKI demikian membelah masyarakat dan tidak mudah memulihkannya.

Belum lagi kebijakan pemerintah yang berubah-ubah malah makin membingungkan. Sehingga kontrol kondisi bukan lagi pada dunia usaha. ''Sekarang tinggal bagaimana pemerintah bisa meyakinkan agar dunia usaha bergerak lagi,'' ucap Komisaris PT Hotel Sahid Jaya International Tbk itu.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump membalikkan kebijakan Amerika Serikat yang telah berlangsung beberapa dasawarsa pada Rabu (6/12) dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia juga mengatakan akan memindahkan kedutaan besarnya ke kota itu, meskipun ada peringatan dari seluruh dunia bahwa isyarat tersebut akan mendorong perselisihan antara Israel dan Palestina.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengecam keras pengakuan sepihak Amerika Serikat terhadap Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan, Jokowi juga meminta Trump untuk mempertimbangkan keputusan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement