REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hubungan internasional Nur Rachmat Yuliantoro menilai pemerintah Indonesia memerlukan langkah inisiatif untuk mendukung Palestina terkait pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sebagai salah satu negara berpenduduk Muslim dan dekat dengan Palestina, Indonesia memerlukan tindakan konkret untuk mendukung negara tersebut
"Presiden Jokowi sudah mengecam keras pernyataan Trump dan menyatakan berkomitmen dengan proses perdamaian di Timur Tengah. Tapi bagi sebagian orang, itu belum cukup," kata Rachmat saat dihubungi Jakarta, Sabtu (8/12).
Menurut Kepala Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Universitas Gajah Mada (UGM) itu, Presiden Jokowi bisa saja meniru langkah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang segera bertindak dengan menyerukan sebuah KTT di Istanbul pekan depan untuk merespon kebijakan kontroversial Trump tersebut.
Presiden RI Joko Widodo menyampaikan akan menghadiri agenda penting tersebut. "Saya sendiri juga akan hadir di sana untuk meneguhkan kita semuanya, betapa kita, dukungan kita, rakyat kita, kepada Palestina itu tidak berubah," kata Presiden dalam sambutan pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (8/12).
Jokowi telah menghubungi sejumlah kepala negara anggota OKI antara lain Emir Qatar Sheikh Tamim dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas terkait kehadirannya ke konferensi yang akan berlangsung di Turki. Kepala Negara juga menyampaikan kekecewaannya atas sikap Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan hendak memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke kota itu. Jokowi mengungkapkan kekesalannya atas sikap politik luar negeri Paman Sam yang diambil Trump.
"Ya inilah perubahan-perubahan dunia yang kadang menjengkelkan, kadang menyakitkan. Tapi itulah fakta yang kita hadapi," kata Presiden menegaskan.