REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Niat besar Umartono Nafal Quryanto (28 tahun), seorang pesepeda jarak jauh asal Bogor yang bertekad keliling dunia harus terhenti. Nafal, yang tengah menjalankan misinya tersebut, tewas dalam satu kecelakaan di Uttakarakhand, India, Rabu (6/12).
Jenazah Nafal akan diterbangkan ke Indonesia pada Senin (11/12) malam waktu India, dan tiba di Indonesia diperkirakan pada Selasa (12/12) dini hari. Kakak ipar Nafal, Wahyu Irdianto (42 tahun), menjelaskan, setelah tiba jenazah akan segera dibawa ke RSUD Ciawi guna dilakukan pemeriksaan. "Lalu dikebumikan pada Selasa petang," ucapnya saat ditemui di rumah duka di Terra Griya, Bogor, Senin (11/12).
Nafal meninggal dalam perjalanan menuju Nepal, negara kedelapan yang akan dilintasinya selama delapan bulan. Ia berangkat pada 10 Mei 2017, sehari sebelum ulang tahunnya ke-28. Segala persiapan telah dilakukan, termasuk mempersiapkan dana dan fisik.
Kabar duka diterima keluarga pada Rabu (6/12) dari KBRI di New Delhi yang sudah diberitahu pihak otoritas setempat. Kondisinya luka parah di bagian kepala dengan sepeda rusak berat.
"Nafal ditemukan di dasar jurang di jalur Uttakarakhand," ucap Wahyu yang pertama menerima kabar duka tersebut.
Wahyu menjelaskan, komunikasi terakhir yang dilakukan keluarga dengan Nafal terjadi pada akhir November melalui video call. Dalam komunikasi itu, Nafal menyampaikan bahwa dirinya akan memasuki daerah yang sulit mendapatkan jaringan telefon genggam, sehingga akan susah dikontak.
Ketika mulai hilang kontak, Wahyu menuturkan, istri Nafal mendadak merasakan rindu berlebih. Sekitar sepekan kemudian, kabar duka itu pun datang. "Kami sangat kehilangan sekali. Padahal, Nafal janji mau kembali ke rumah pada bulan depan," ucap Wahyu.
Saat Nafal menyampaikan ide bersepeda ke beberapa negara, sebenarnya keluarga sudah sempat menahan. Kakak Nafal, Dewi Amalia, menuturkan, banyak hal yang jadi pertimbangan. Terutama, ketika mengetahui Nafal akan seorang diri ke luar negeri dengan naik sepeda.
Tapi, Dewi menjelaskan, melihat tekad sang adik yang bulat, keluarga pun memberi kebebasan bagi Nafal untuk merealisasikan mimpinya. "Awalnya pasti khawatir. Tapi, menyaksikan keinginanya yang kuat, kami merestui," ucapnya.
Berangkat dari Bogor, Nafal membawa sepeda dengan beban bawaan sekira 70 kilogram. Ia menggowes menuju Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta, untuk melintas ke Pelabuhan Batam hingga Singapura.
Setelah menemui beberapa teman pesepeda di sana, Dewi menjelaskan, Nafal kembali melanjutkan perjalanan ke Malaysia, Vietnam, Laos, Myanmar, Thailand hingga India. Semua perjalanannya direkam Nafal melalui akun media sosial.