Selasa 12 Dec 2017 07:07 WIB

Terlambat Penanganan, Difteri Terus Makan Korban

Rep: Rizky Suryarandika, Ita Nina Winarsih/ Red: Elba Damhuri
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sejumlah daerah di Jawa Barat melaporkan korban tewas akibat penyakit difteri. Daerah-daerah lain di provinsi tersebut juga terus melaporkan masyarakat dengan status suspect difteri.

Di Kabupaten Garut, seorang warga berusia 32 tahun atas nama Aidah tutup usia akibat penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae tersebut. "Benar, ada pasien meninggal karena penyakit difteri pada hari Ahad (10/12) sore kemarin sekitar pukul 3 sore," kata juru bicara RSU dr Slamet Garut, Muhammad Lingga Saputra, Senin (11/12).

Menurut dia, pasien baru memperoleh perawatan medis pada Rabu (6/12). Namun, akibat kondisi pasien sudah terlampau parah, beragam upaya yang dilakukan gagal mengembalikan kesehatan pasien. "Pasien waktu masuk RS sudah dalam keadaan demam tinggi, kemungkinan terlalu lama di rumah. Menginjak hari kedua, pasien drop hingga akhirnya meninggal dunia," ujar Lingga.

Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan lebih lanjut dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai serta Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Garut Janna Markus belum merespons permintaan konfirmasi dari Republika.

Dengan demikian, jumlah korban meninggal dunia akibat difteri di Kabupaten Garut sudah mencapai tiga orang. Sebelumnya, dua kejadian meninggal dunia dilaporkan terjadi sekitar awal tahun. Sedangkan sisanya, yaitu sekitar sembilan orang, berhasil dipulihkan.

Muhammad Rafli Zakwan Asykar (11 tahun), warga Kampung Krajan RT 04/01, Desa Maracang, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, diduga meninggal dunia akibat difteri. Anak pasangan Abdul Rahman (38 tahun) dan Sulastri (32 tahun) ini meregang nyawa saat dalam perjalanan menuju RSUD Bayu Asih, Jumat (8/12) kemarin.

Wakil Direktur RSUD Bayu Asih, Deni Darmawan, mengatakan, pasien tersebut baru suspect difteri. "Meninggalnya saat di perjalanan menuju RSUD. Jadi, sampai saat ini belum diketahui pasien tersebut positif atau negatif difteri," ujar Deni, Senin (11/12).

Ibunda Muhammad Rafli, Sulastri, mengatakan, sang anak awalnya mengeluhkan sakit tenggorokan dan nyeri saat menelan makanan. Disangka panas dalam biasa, Rafli hanya diobati dengan minuman pereda panas dalam yang biasa ada di warung. "Tapi, berkali-kali diberi minuman pereda panas dalam, penyakit Rafli tak kunjung sembuh," katanya.

Bahkan, lanjut Sulastri, anaknya tersebut mengalami demam. Karena kondisinya tak kunjung membaik, keluarga membawa Rafli ke RSUD Bayu Asih. Namun, sebelum sampai UGD, anaknya tersebut tak tertolong.

Sebanyak dua orang di Kabupaten Sukabumi dinyatakan suspect difteri. Kini, keduanya sudah mendapatkan penanganan medis di dua rumah sakit berbeda. Kabid P2P Dinkes Sukabumi Hendra Priatna kepada wartawan, Senin (11/12), menjelaskan, kasus pertama dilaporkan terjadi di Palabuhanratu dengan korban seorang balita berusia 1,5 tahun.

Kini, lanjut Hendra, balita tersebut telah ditangani oleh tim medis di RSUD Palabuhanratu. Satu kasus sucpect difteri lainnya dialami seorang warga Kecamatan Caringin yang berusia sekitar 60 tahun dan sedang dirawat di RSUD Sekarwangi, Kecamatan Cibadak.

Menurut Hendra, kedua kasus ini dinyatakan suspect karena masih menunggu pemeriksaan laboratorium di Bandung. Meskipun baru suspect, lanjut dia, petugas tetap memberikan penanganan sesuai standar penanganan difteri.

Dinkes Kabupaten Bogor mencatat, sampai saat ini, sembilan kasus difteri telah terjadi di wilayah tersebut. Dua orang di antaranya telah meninggal dunia dan satu orang lainnya dalam kondisi membaik dengan diagnosis akhir komplikasi myocarditis.

Kabid P2P Dinkes Kabupaten Bogor Agus Fauzi menuturkan, korban meninggal dunia berusia empat dan lima tahun. "Mereka warga Citereup dan Cileungsi," katanya.

Agus menambahkan, difteri sebenarnya tergolong kasus lama. Akan tetapi, penyakit ini kembali mewabah belakangan ini di sejumlah kawasan di Indonesia, termasuk Jawa Barat. Agar tidak semakin mewabah, Agus menuturkan, vaksinasi rutin sudah dilakukan di tingkat posyandu dan sekolah.

Dari Jakarta dilaporkan, jumlah pasien difteri yang masih dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso saat ini berjumlah 33 orang. Pasien yang dirawat berasal dari Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Menurut Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Rita Rogayah, RSPI menerima banyak pasien rujukan. Hingga Senin (11/12) pagi, terdapat 22 pasien anak dan 11 pasien dewasa.

Meskipun belum ada laporan kasus difteri, Dinkes Kota Solo mewaspadai persebaran difteri. Kabid P2P Dinkes Kota Solo Dwi Martyastuti mengatakan, pihaknya mengantisipasi penyebaran difteri dengan memberikan imunisasi vaksin DPT, khususnya bagi anak usia di bawah 1 tahun hingga 11 tahun.

(riga nurul iman/adinda pryanka/inas widyanuratikah/andrian saputra, Pengolah: muhammad iqbal).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement