Rabu 13 Dec 2017 13:01 WIB

Rusia Ungsikan Staf Kedutaan dari Yaman

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Foto: Reuters
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemerintah Rusia memutuskan untuk mengosongkan gedung kedutaan di Yaman. Rusia juga menarik seluruh staf di kedutaan menyusul situasi di Ibu Kota Sanaa yang terus memburuk.

Seperti dikutip laman Aljazirah, Rabu (13/12) perintah pengosongan gedung keedutaan itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova. Duta Besar dan beberapa staff diplomatik Rusia untuk Yaman akan bekerja sementara dari Riyadh, Arab Saudi.

Duta besar dan staff kedutaan juga sudah meniggalkan Yaman menggunakan pesawat yang berangkat dari Bandara di Sanaa. Hal itu dapat dilakukan setelah mendapat izin dari otoritas Arab Saudi.

Penarikan duta besar dan staff Kedutaan dilakukan lantaran blokade koalisi Arab Saudi di Yaman. Hal tersebut membuat warga Yaman dihantui kelaparan dan wabah kolera.

Blokir jalur darat, laut dan udara membuat akses bantuan kemanusiaan yang di dalamnya terdapat makanan, obat-obatan hingga air bersih yang dibutuhkan warga tak bisa masuk.

Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar Rusia mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi di Yaman. Terlebih dengan intensitas gempuran serangan udara koalisi Arab Saudi di kota-kota yang hingga menewaskan warga sipil.

"Moskow masih percaya jika tidak ada alternatif untuk menghentikan kekerasan secara cepat," kata pernyataan kedutaan besar Rusia sekaligus mendesak adanya sebuah resolusi melalui perundingan damai yang didukung PBB.

PBB meminta koalisi Arab Saudi segera mengakhiri blokade terhadap Yaman. Berdasarkan data PBB, sedikitnya delapan juta orang dihantam bencana kelaparan akibat isolasi tersebut. Kordinator bidang kemanusiaan PBB Jamie McGoldrick mengatakaan, sekitar 8,4 juta warga Yaman bergantung pada air, makanan, obat-obatan dan tempat bernaung dari PBB.

Sementara, PBB mencoba untuk memediasai kelompok Houthi dan presiden resmi Yaman Abd Rabbou Mansour Hadi yang tengah melarikan diri. Dalam negosiasi itu, Hadi meminta Houthi untuk menyerahkan kontrol terhadap ibu kota. Di lain pihak, Houthi meminta masuk dalam badan pemerintah resmi negara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement