Kamis 14 Dec 2017 05:16 WIB

Hanafi Rais: Donald Trump Hanya Mengalihkan Isu

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Hanafi Rais dalam acara diksusi di Kantor KBPII, Jakarta, (13/12).
Foto: muhammad subarkah
Hanafi Rais dalam acara diksusi di Kantor KBPII, Jakarta, (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais mengatakan deklarasi sepihak Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem Timur sebagai ibukota Israel hanya sekedar upaya pengalihan isu dalam negeri AS. Tujuannya hanya agar Trump bisa bertahan dari kursi presiden dengan merebaknya ancaman impeachment (pemakzulan) kepadanya.

"Respons negatif dari sejumlah negara termasuk Indonesia, diperkirakan malah akan meningkatkan dukungan warga AS terhadap Trump,'' kata Hanafi ketika  menjadi nara sumber dalam diskusi publik Perspektif Kanigoro bertajuk "Dominasi AS di Timur Tengah", di Kantor Sekretariat Pengurus Besar Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PB KBPII), Rabu (13/12).

Meski hanya merupakan pengalihan isu domestik, menurut Hanafi soal keputusan Presiden Trump terkait Yerusalem Timur harus ditanggapi secara serius oleh masyarakat internasional.

"Yang paling efektif mestinya menggelar sidang istimewa Majelis Umum PBB untuk menghasilkan resolusi. Mengegandakan pembahasan di Dewan Keamanan pasti akan diveto AS. Berbeda dengan di Majelis Umum yang tidak ada veto. Resolusi dari Majelis Umum nantinya bisa ditindaklanjuti, misalnya dengan pengiriman pasukan perdamaian," jelas Hanafi.

Terkait sikap Indonesia, menurut Hanafi sudah tepat. "Mestinya pernyataan Presiden Jokowi perlu ditambah, bahwa negara-negara Asia Afrika masih punya hutang, yakni kemerdekaan Palestina," tegasnya.

Diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam itu, selain Hanafi, juga menampilkan nara sumber Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, Muhammad Luthfi.

Menurut Luthfi, pasca perang Irak, sebenarnya AS mulai mengurangi dominasinya di Timur Tengah. Perhatian AS kini lebih difokuskan pada Asia Pasifik. Sehingga pangkalan militernya juga sudah dipindahkan ke Darwin, Australia.

Berkurangnya dominasi AS di Timur Tengah memberi kesempatan meningkatnya peran Inggris di Timur Tengah.

"Memburuknya hubungan Arab Saudi dengan Qatar tidak lepas dari pengaruh Inggris di Qatar. Bahkan cepat berkembangnya stasiun TV Aljazeera juga tidak lepas dari peran wartawan-wartawan senior BBC edisi Arab," jelas Luthfi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement