REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar refleksi dan evaluasi 2017 serta menyongsong 2018 di Hotel Lombok Plaza, Mataram, NTB, Sabtu (23/12).
Sejumlah torehan apik telah dicapai jajaran Polda NTB, terutama menyangkut penurunan angka konflik sosial dari 172 kasus pada 2016 menjadi 26 kasus pada 2017. Pun dengan angka kejahatan yang menurun 18 persen dari 9.231 kasus kejahatan pada 2017 menjadi 8.511 kasus kejahatan pada tahun ini.
Kapolda NTB Brigjen Pol Firli menyambut positif sejumlah capaian positif ini. Menurut Firli, hal ini buah dari strategi yang terus dikembangkan Polda NTB dengan mengedepankan empat model pendekatan, mulai dari pendekatan pencegahan, kemanusiaan, kesejahteraan, dan penegakan hukum.
Namun begitu, Firli mengaku masih prihatin lantaran masih adanya kasus terorisme yang terjadi di wilayah NTB, meski hanya terjadi di sejumlah titik.
"Soal teroris, kita selalu prihatin ada satu daerah yang dapat stigma (teroris) ini. Kita prihatin angkanya meningkat," ujar Firli di Lombok Plaza, Mataram, NTB, Sabtu (23/12).
Berdasarkan data, terdapat delapan tersangka kasus terorisme pada 2016. Angka ini melonjak menjadi 20 tersangka kasus terorisme pada 2017.
Firli menjelaskan, Polda NTB terus berupaya melakukan pendekatan guna menekan angka kasus terorisme. Model pembinaan serta sejumlah kegiatan keragaman juga dilakukan seperti penyelenggaraan ajang MTQ seluruh NTB, serta tausiyah kebangsaan di masing-masing kabupaten/kota.
Firli berharap, berbagai upaya yang dilakukan Polda NTB, juga melibatkan para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat bisa memberi kesadaran bagi masyarakat untuk tidak terjerat kasus terorisme.