REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pembubaran organisasi massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menempati peringkat keempat "Top 10" berita di Asia Tenggara yang disiarkan oleh Radio Internasional China (CRI) sepanjang tahun 2017.
"Setiap tahun kami mengeluarkan 'trend topic' berita-berita di kawasan Asia Tenggara," kata Direktur Seksi Bahasa Indonesia CRI Li Shukun kepada Antara, di Beijing, Ahad.
Berita pembubaran HTI oleh Pemerintah Indonesia itu masih kalah tren dari beberapa berita dari negara tetangga lainnya.
Berita mengenai undang-undang baru di Thailand, di antaranya yang memberikan kekuasaan lebih besar kepada kerajaan dan makin kuatnya cengkeraman militer di pemerintahan, berada di peringkat puncak berita CRI.
Disusul oleh berita tentang Filipina meraih kemenangan dalam perang antiterorisme di Marawi.
Lalu, berita tentang konflik keluarga mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew soal harta warisan berada di posisi ketiga berita menarik yang disiarkan radio resmi Pemerintah China itu.
Namun, berita pembubaran HTI masih unggul dibandingkan dengan berita perundingan mengenai declaration of conduct Laut China Selatan dan perayaan HUT ke-60 ASEAN.
Sementara itu, berita mengenai korban pemberontakan etnis Rakhine di Myanmar yang mengungsi ke Bangladesh berada di posisi paling buncit "Top 10".
CRI yang berkantor pusat di kawasan Babaoshan, Beijing itu berdiri pada 3 Desember 1941 dan berperan vital saat menyiarkan pidato pemimpin revolusi Mao Zedong atas pendirian Republik Rakyat China pada 1949.
Radio yang mempekerjakan lebih dari 2.000 orang karyawan itu menyiarkan program berita dan informasi berbahasa Indonesia sejak 10 April 1950.
Hingga saat ini stasiun radio yang populer di kalangan masyarakat daratan Cina dengan sebutan Guoji Guangbo Diantai itu, menyiarkan berita berbahasa Indonesia sebanyak tiga kali dalam sehari.
CRI memiliki 22 biro di luar negeri. Mulai 1 Januari 2018, CRI membuka kantor biro di Jakarta.