REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut meminta pihak sekolah memperbaiki bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdampak gempa sejak musim libur hingga saat ini. Setidaknya 70 persen bangunan SMP yang rusak sudah diperbaiki.
Kepala Bidan (Kabid) SMP Disdik Garut Totong mengatakan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mulai dilakukan sejak Selasa 2 Januari. Menurutnya, bangunan SMP yang masih rusak tidak terlalu menganggu KBM.
"Untuk mengantisipasi jika hal itu terjadi (mengganggu KBM) bisa bergabung dengan kelas lain. Tapi perbaikan secara keseluruhan di SMP terdampak gempa sudah sekitar 70 persen," katanya pada wartawan, Rabu (3/1).
Ia menyebut pada musim libur kemarin sudah mengintruksikan para kepala sekolah supaya memperbaiki kerusakan ringan. Dana perbaikan, kata dia bisa bersumber dari anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sesuai peruntukan.
"Kemudian kami juga sudah memasukan dan mengusulkan beberapa sekolah terutama yang kategori rusak sedang ke program kabupaten, provinsi maupun ke Dirjen Dikdasmen Kemendikbud pada tahun 2018," ujarnya
Sebelummya, Disdik Garut mendata 17 SMP terkena dampak gempa Tasikmalaya bulan lalu. Jenis kerusakan bervariasi antara lain bangunan yang retak-retak dan ambruk, ambruknya genting dan plafon serta kaca ruangan yang pecah.
Ketujuh belas sekolah tersebut ialah SMPN 1 Singajaya, SMPN 3 Pakenjeng, SMPN 3 Cikelet, SMPN 1 Pameungpeuk, SMP Muhammadiyah Pameungpeuk, SMP Muhammadiyah Cikelet, SMPN 2 Singajaya, SMPN 2 Banjarwangi, SMPN Satap 1 Cibalong, SMPN 1 Banjarwangi, SMPN 2 Cibalong, SMPN Satap 2 Cibalong, SMPN Satap 2 Cikelet, SMPN 1 Kadungora, SMPN 4 Garut, SMP PGRI Pameungpeuk, dan SMPN 5 Malangbong.