REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin kelompok Hizbullah yang didukung Lebanon pada hari Rabu (3/1) menganggap demonstrasi di Iran sebagai ketidakpuasan ekonomi. Hizbullah mengatakan demonstran tidak berkaitan dengan isu-isu politik yang mendorong turunnya ribuan orang ke jalan seperti pada 2009.
Hizbullah pun memprediksi demonstrasi ini akan segera berakhir. "Di Iran tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan masalah ini ditanggapi dengan serius. Ukuran demonstrasi tidak besar," kata Sayyid Hassan Nasrallah dalam sebuah wawancara dengan saluran pro-Iran al-Mayadeen Lebanon seperti dukutip dari Reuters, Rabu (3/1).
"Apa yang terjadi di Iran biasa saja dan tidak sebanding dengan apa yang terjadi di tahun 2009. Masalah di Iran sekarang tidak politis seperti apa yang terjadi di tahun 2009," kata Nasrallah.
Nasrallah mengatakan penyebab protes saat ini adalah ekonomi, dipicu oleh kebangkrutan beberapa bank dan perusahaan. Ketidakpuasan yang dihasilkan kemudian dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal.
"Amerika, Israel, dan Arab Saudi telah memasuki krisis di Iran," kata dia.
Demonstrasi antipemerintah pecah di berbagai kota di Iran sejak akhir Desember lalu. Demonstrasi antipemerintah yang dimulai di satu kota kini telah menyebar ke beberapa kota besar di Iran.
Media pemerintah mengabarkan 14 orang demonstran dan satu polisi tewas setelah lima hari unjuk rasa itu berlangsung di berbagai kota di seluruh negeri. Sekitar 400 demonstran telah ditangkap.
Pada Senin, kantor berita semi-resmi Iran, Mehr, melaporkan seorang petugas polisi tewas dan tiga lainnya terluka di Kota Najafabad. Namun tidak dijelaskan kapan kejadian tersebut terjadi.