Kamis 04 Jan 2018 14:48 WIB

Radius Aman Gunung Agung Diturunkan Menjadi 6 Km

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Asap bercampur abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung, terlihat dari Sidemen, Karangasem, Bali, Jumat (8/12).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Asap bercampur abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung, terlihat dari Sidemen, Karangasem, Bali, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan status Gunung Agung di Karang Asem, Bali masih berstatus Awas. Namun, PVMBG menurunkan batas radius aman untuk beraktifitas. Semula dari delapan km hingga sepuluh kilometre, kini menjadi enam kolometer.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama PVBMG, Agung Pribadi, mengatakan, berdasarkan hasil analisis data visual maupun instrumental yang mencakup seismik, deformasi dan geokimia, saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi. Aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif. Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan/letusan abu, dan lontaran batuan masih di sekitar kawah.

"Status Awas masih dipertahankan, mengingat saat ini Gunung Agung saat ini masih dalam fase erupsi dan berdampak pada permukiman," kata Agung dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/1).

Volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar sepertiga dari volume kawah yang mencapai 60 juta meter kubik. Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil.

Status kegempaan Gunung Agung hingga Rabu (3/1) pukul 18.00 WITA menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah. "Hingga saat ini masih terus terekam mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan. Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan tren naik yang signifikan," imbuhnya.

Data Deformasi dalam beberapa hari terakhir juga menunjukkan tren stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan. Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100 hingga 300 ton per hari.

"Perkiraan potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan. Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah," terangnya.

Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yang berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi. Dengan skala erupsi pada saat ini dalam kondisi intermittent, lanjutnya, maka potensi bahaya awan panas kemungkinannya masih relatif kecil. Karena selain pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, juga kemungkinan lain untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas memerlukan pembangunan tekanan yang cukup besar.

Sementara itu pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan. "Kondisi Gunung Agung sangat dinamis maka sehubungan dengan status masih Awas maka setiap pihak diimbau untuk tetap menjaga kesiapsiagaan sehingga apabila terjadi perubahan yang cepat dapat diantisipasi dengan cepat," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement