REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mengaku serius melakukan upaya penyelamatan lingkungan. Selain gencar melakukan perawatan taman dengan memperbanyak koleksi pohon, DLKH Depok juga melengkapinya dengan lubang biopori yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan air.
"Di awal tahun ini, kami coba buat 100 lubang biopori di Taman Jatijajar," kata Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Konservasi DLHK Kota Depok, Diana Puspita Sari, di Taman Jatijajar, Kecamatan Tapos, Depok, Sabtu (6/1).
Diana mengatakan, sebenarnya lahan di Taman Jatijajar sudah ideal menampung air hujan, karena ini merupakan lahan terbuka. "Hanya saja kami mencoba menahan laju air agar tidak mengembang dan mengalir begitu saja ke saluran air. Jadi ditahan pakai lubang biopori ini," ujar dia.
Menurut Diana, nantinya seluruh taman yang menjadi fokus DLHK akan dibuatkan lubang biopori. "Lubang biopori sangat berguna mengingat organisme dalam tanah mampu larut dalam air dan hasilnya mengandung mineral. Selain itu manfaat lainnya adalah meningkatkan kualitas air tanah," jelasnya.
Lanjut Diana, biopori juga membantu penyerapan air ke tanah dan menyebarkan air dengan merata, tidak di bagian tertentu saja. Maka dari itu, lubang biopori idealnya ditempatkan di kontur tanah yang lebih rendah.
Dengan lubang silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah, lubang resapan biopori efektif menahan laju resapan air hujan dan bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat sampah organik.
"Dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm, lubang biopori siap menjadi alternatif resapan air. Lubang biopori juga dapat berfungsi mengubah sampah organik menjadi kompos, meningkatkan kesuburan tanah, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, serta mengatasi banjir, longsor, dan kekeringan. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa diikuti juga oleh masyarakat," kata Diana.