REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Sebanyak tujuh Kepala Kekuarga (KK) Desa Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas yang terdampak bencana tanah bergerak, hingga kini belum berani kembali ke rumahnya. Mereka tinggal di rumah tetangga dan saudara yang aman, karena kondisi lahan di sekitar tempat tinggal mereka masih terus mengalami pergerakan.
''Kami tidak berani tinggal di rumah kami, karena kondisi tanah masih terus bergerak. Kami khawatir, bila tetap tinggal di rumah tiba-tiba rumah kami ambruk. Apalagi, hujan deras sekarang hampir turun setiap hari,'' jelas Jamino (48), salah seorang warga yang mengungsi, Senin (8/1).
Dia menyebutkan, bencana gerakan tanah yang paling dirasakan warga, terjadi pada 3 Januari 2018. Hujan deras yang terjadi sejak siang hingga sore, menyebabkan tanah tempat mereka mendirikan rumah bergerak hingga menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah.
Sebanyak 7 rumah tersebut, antara lain mengalami kerusakan dinding rumah yang mengalami retak-retak. Bahkan ada beberapa yang bangunan rumah menjadi miring, karena bagian pondasinya amblas. Warga juga mengeluhkan sikap pemerintah kabupaten, yang hingga kini belum memberikan bantuan. ''Sampai sekarang kami belum menerima bantuan,'' katanya.
Ketua RT 4 RW 4 Desa Karanggayam Ahmad mengatakan, bencana tanah bergerak di wilayahnya, sebenarnya sudah diawali sejak gempa yang berlangsung terjadi pada pertengahan Desember lalu. ''Saat itu sebenarnya sudah mulai ada retakan. Setelah diguyur hujan terus menerus, retakan semakin lebar hingga menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan,'' jelasnya.
Dalam kondisi tersebyut, Ahmad akhirnya meminta para penghuni rumah untuk meninggalkan rumahnya. ''Ada tiga rumah yang sebenarnya mengalami rusak berat. Namun kami meminta 7 KK mengungsi, karena empat rumahnya juga terancam bila tanah bergerak terus terjadi,'' katanya.