REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Rabu (10/1) waktu setempat kapal tanker minyak Iran yang tertahan di Laut Cina Timur bisa terbakar selama satu bulan. Setelah empat hari usai bertabrakan dengan kapal kargo, api yang berkobar belum juga bisa dipadamkan.
Puluhan kapal penyelamat harus melawan angin kencang, ombak tinggi dan asap beracun untuk menyisir area seluas 3.100 kilometer persegi untuk mencari 31 awak kapal yang hilang dan berusaha menjinakkan api. Ada kekhawatiran kapal tersebut dapat meledak atau tenggelam kapan saja.
"Kami meyakini kebakaran ini akan berlangsung selama dua pekan atau satu bulan mengingat kasus kecelakaan kapal tanker minyak sebelumnya," kata pejabat Park Sung-dong.
Kapal tanker Sanchi (IMO: 9356608) yang dijalankan oleh operator layanan minyak Iran, National Iranian Tanker Co bertabrakan dengan CF Crystal (IMO: 9497050) yang membawa gandum dari Amerika Serikat (AS), sekitar 160 mil di lepas pantai Cina dekat Shanghai dan mulut Delta Sungai Yangtze. Sedangkan Sanchi membawa 136 ribu ton kondensat bernilai sekitar 60 juta dolar AS ke Korea Selatan (Korsel).
Pemerintah Cina mengatakan pada Selasa malam waktu setempat tidak menemukan kebocoran minyak berskala besar, dan kondensat terbakar atau menguap begitu cepat sehingga meninggalkan residu yang kecil kurang dari satu persen dalam waktu lima jam setelah tumpahan.
Meski begitu, kondensat sangat mudah menguap saat terkena udara dan air, dan itulah yang memicu kekhawatiran kapal bisa meledak dan tenggelam. Pejabat kementerian tersebut mengatakan pihak berwenang menduga kapal tanker terbakar begitu menabrak kapal pengangkut barang yang membawa gandum tersebut. Park mengatakan tidak mungkin minyak tersebut akan menyebar sampai ke Korsel saat ini karena kapal tanker telah bergerak sejauh 100 kilometer ke arah tenggara.