REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Gunung Kidul diduga terjadi pencampuran premium dan biosolar. Terkait dengan hal itu Pertamina telah melakukan penanganan sebagai tindak lanjut atas dugaan kasus tersebut di SPBU 44.558.09 Kabupaten Gunung Kidul.
"Tim Pertamina memeriksa kondisi sampel produk dan tangki di SPBU tersebut serta langsung menindaklanjuti kendaraan konsumen yang melaporkan dugaan tersebut," kata Pjs. Unit Manager Communications dan CSR MOR IV Pertamina Muslim Dharmawan dalam rilisnya, Jumat (12/1).
Saat kejadian tersebut petugas SPBU segera menghentikan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) dari nozzle tersebut. Muslim menjelaskan sebelum mobil tangki melakukan pembongkaran BBM Premium dan Biosolar pada pukul 16.00 WIB. Premium dan Biosolar tersebut telah di ambil sampel sesuai prosedur pengisian dan hasil sampling saat pemeriksaan menunjukkan bahwa kualitas kedua produk tersebut baik.
Saat ini SPBU tetap melakukan penjualan BBM jenis lainnya dengan normal. "Sementara untuk tangki produk premium masih belum dioperasikan karena menunggu hasil investigasi tim di lapangan," tuturnya.
Kendaraan Bermotor yang telah melaporkan dugaan tersebut, saat ini telah ditangani oleh pihak SPBU untuk diperiksakan kondisi mesin kendaraannya pascamengisi premium yang diduga tercampur biosolar serta membantu biaya perbaikan bila diperlukan.
Saat ini sampel produk yang diduga tercampur biosolar masih di teliti di laboratorium untuk investigasi lebih lanjut, jelasnya. Sementara itu saat dihubungi secara terpisah Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Siswanto mengaku belum menerima
laporan tersebut. Namun menurut dugaannya, kemungkinan keliru terjadi ketika memasukkan BBM .
"Sinyalemen saya jangan-jangan itu kekeliruan si penerima misalnya Premium dimasukkan ke biosolar dan sebaliknya. Kemungkinan karena hujan lalu terjadi kekeliruan dalam memasukkan BBM, mungkin terjadi kekeliruan di pihak penerimanya atau dari pihak mobil tangkinya," kata Siswanto.
Menurut Siswanto, mereka tidak akan berani melakukan pencampuran premium dan biosolar. Sebab, ada pelaporan yang ketat setiap hari. Kebetulan Gunung Kidul mendapatkan jatah malam hari sehingga bisa saja terjadi kekeliruan.