Sabtu 13 Jan 2018 03:34 WIB

Kuantitas Panen Baik, Mengapa Harus Impor?

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.
Foto: Orecinternational.org
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan impor beras yang dilakukan peerintah masih belum bisa diterima banyak pihak. Salah satunya Pengamat dan Akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) Bagus Santoso.

Menurutnya, jumlah panen petani saat ini berada di level cukup baik. "Jadi kuantitasnya kali ini tidaklah jeblok, apalagi puso," ujarnya, Jumat (12/11)

Melihat kuantitas produksi yang mencukupi, kebijakan impor beras pada saat musim panen ini dinilai tidak bijak. Apalagi jika hasil impor langsung digelontorkan ke pasar dan justru mematikan para petani. "Mengapa? Karena harga gabah kering giling yang diterima petani akan jeblok. Kasihan petani tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya dengan optimal," ujar dia.

Bagus mengakui penyebab harga beras tinggi lantaran ketertarikan pedagang untuk mengolah beras kualitas medium menjadi beras kualitas premium. Caranya pun terbilang mudah, cukup mengayak dan mengurangi kadar beras pecahnya. Pengolahan beras medium menjadi beras kualitas premium tersebut tentunya memberikan keuntungan yang menggiurkan kepada pedagang.

photo
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

 

"Ini merupakan salah satu penjelasan mengapa kuantitas beras kualitas medium menyusut di pasaran sehingga harganya melonjak belakangan ini," kata dia.

Koordinasi yang baik antara kementerian/lembaga terkait dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Bulog sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini. Kalau mau impor, ia melanjutkan, para pihak perlu mendengarkan secara seksama masukan Kementan terkait jumlah produksi dalam negeri.

"Jika cukup, sebaiknya Kemendag jangan impor dulu," tegasnya. Kemendag juga perlu melihat apakah ketidakstabilan harga beras merupakan ulah tengkulak yang sengaja mempermainkan harga agar pemerintah membuka keran impor.

Sebab, impor yang dilakukan saat musim panen akan merugikan petani. Bagus juga meminta Bulog bersikap antisipatif dan bermain aktif menjaga kebutuhan stok beras di pasar.

"Bulog janganlah pasif apalagi bermain untuk kepentingan kelompok atau pribadi dengan merugikan petani dan membuat konsumen kepayahan oleh harga pangan melangit," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement