Sabtu 20 Jan 2018 19:14 WIB

SBY Jelaskan Empat Isu Dunia di Hadapan Pimpinan Gontor

SBY membahas Yerusalem hingga islamofobia.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ani Nursalikah
Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat tiba di Komplek Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Tangerang, Sabtu (20/1).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat tiba di Komplek Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Tangerang, Sabtu (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan empat isu yang kini tengah menjadi perbincangan dunia saat menghadiri peringatan milad Ponpes Daar el-Qolam. Isu tersebut terkait urusan Palestina dan Yerusalem, islamofobia, radikalisme dan terakhir mengenai hubungan Islam dan Barat.

"Kalau soal Palestina-Israel tegas sikap kita, yang dilaksanakan Trump menetapkan sepihak Yerusalem sebagai ibu kota Israel ilegal," kata SBY, Sabtu (20/1).

SBY pun menjelaskan alasan dirinya menyebut langkah Trump ilegal. Menurutnya, pada 1948 PBB telah menetapkan Israel Palestina sama-sama negara yang merdeka. Sementara Yerusalem masih menjadi kewenangan dunia.

 

"Lah masih kewenangan dunia tiba-tiba jadi ibu kota Israel, oleh karena itu kita menolak," katanya.

 

Terkait isu islamofobia, SBY menilai anggapan dunia yang menganggap Islam itu jahat perlu dihentikan. SBY mengimbau umat Islam aktif menyampaikan pada dunia bahwa Islam tidak demikian.

 

"Kita harus memberi contoh bagaimana Islam yang bener sesuai dengan firman Allah. Kalau dijalankan, gelombang islamofobia bisa diredam," ucapnya disambut tepuk tangan hadirin yang datang.

 

Selain itu SBY juga menjelaskan isu radikalisme. SBY menilai jangan terlalu cepat mengatakan suatu kelompok radikal. Menurutnya, radikalisme terjadi dimana-mana dan pada etnis, agama, dan bangsa apa pun.

 

Terakhir isu soal hubungan Islam dan Barat yang hubungannya belum membaik. "Umat islam tidak merasa dapat keadilan, diserang dimana-mana akhirnya terjadi kebencian. Barat katanya takut sama Islam karena ada terorisme, jadinya sekarang seperti berhadapan. Salah pengertian dan persepsi ini harus kita luruskan kita harus perbaiki bersama-sama," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement