Selasa 30 Jan 2018 00:07 WIB

Sandiaga Ingin Adu Data dengan Dirlantas Soal Tanah Abang

Data dari Dirlantas yang menyebutkan adanya peningkatan kemacetan sebanyak 60 persen

Kendaraan angkutan umum jurusan Tanah Abang terparkir saat melakukan aksi demo di Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (29/1).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Kendaraan angkutan umum jurusan Tanah Abang terparkir saat melakukan aksi demo di Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno ingin menyandingkan data kemacetan di Tanah Abang yang dimiliki Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui Jakarta Smart City (JSC) dengan data dari Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya. Ia pun memerintahkan Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Andri Yansyah untuk mendapatkan data tersebut.

"Saya sudah perintahkan tadi  untuk melihat, menyandingkan datanya dengan data yang dimiliki oleh teman-teman di Dirlantas," kata Sandiaga di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Senin (29/1).

Sandiaga mengatakan belum melihat detail data dari Dirlantas yang menyebutkan adanya peningkatan kemacetan sebanyak 60 persen di kawasan Tanah Abang. Namun, baik Dirlantas maupun Jakarta Smart City memang melaporkan adanya kenaikan kemacetan.

Data yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan kenaikan kemacetan berkisar 12 persen jika dibandingkan sebelum adanya penataan kawasan Tanah Abang. Ia mengklaim, jika dilihat dari periode kritis, yaitu antara Oktober hingga Desember, justru terjadi penurunan.

Data dari Divisi Data & Analytic Jakarta Smart City yang dihimpun Republika menunjukkan, ada tiga periode waktu yang digunakan untuk menganalisa kemacetan di Tanah Abang. Periode pertama (before) memiliki rentang antara 1 September-22 Oktober 2017. Ini merupakan periode ketika masalah kesemrawutan di Tanah Abang belum banyak menjadi sorotan publik.

Periode kedua yaitu 23 Oktober-21 Desember 2017. Pada periode ini masalah kesemrawutan Tanah Abang menjadi sorotan media. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai mulai merumuskan konsep penataan Tanah Abang.

Periode ketiga yaitu 22 Desember 2017 hingga 25 Januari 2018. Ini merupakan pekan pertama kebijakan jangka pendek di Tanah Abang mulai diterapkan ditandai dengan penutupan Jalan Jatibaru Raya yang digunakan sebagai lokasi pedagang kaki lima. Selain itu, Pemprov juga memberikan layanan Tanah Abang Explorer bagi para pejalan kaki.

Setelah periode ini, Pemprov DKI melakukan pembaruan data pekanan tentang kondisi kemacetan di Tanah Abang. Data terbaru (26 Januari 2018) menunjukkan laporan lalu lintas naik 28 persen dari pekan keempat sejak penataan kawasan Tanah Abang. Jika dibandingkan kondisi awal (before), kenaikan laporan itu mencapai sekitar 12 persen.

Kenaikan paling signifikan terjadi pada akhir pekan (Jumat, Sabtu, Ahad). Kategori kemacetan tinggi tercatat di Jalan Cideng, Fly Over Cideng, dan Jalan KH Mas Mansyur. Di Jalan KH Mas Mansyur juga terjadi kemacetan tidak bergerak.

Data yang sama menunjukkan, dalam radius 1 kilometer dari Pasar Tanah Abang, terjadi rata-rata perlambatan arus lalu lintas (delay) selama 263 detik. Angka ini meningkat lima (5) persen dibandingkan pekan keempat penataan Tanah Abang atau meningkat 12 persen dari periode before.

Perlambatan terlama terjadi pada Jumat dan Sabtu sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Perlambatan terparah terjadi di Underpass Tanah Abang hingga Jalan KH Mas Mansyur.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement