Rabu 07 Feb 2018 11:12 WIB

Musim Hujan di DIY Diperkirakan Hingga Maret

Awalnya diperkirakan hingga Februari 2018.

Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)
Foto: Antara Foto
Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA --  Musim hujan di lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan masih berlangsung hingga Maret 2018. Hal itu disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta, Rabu (7/2).

"Februari hingga Maret 2018 masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang lebat disertai petir dan angin kencang," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Djoko Budiono di Yogyakarta.

Semula BMKG memperkirakan puncak musim hujan di DIY hingga Februari 2018. Namun berdasarkan pemantauan, interaksi antara intensitas maksimum matahari yang posisinya di atas Pulau Jawa dengan monsoon Asia masih cukup kuat. Hal itu masih ditambah dengan kemunculan daerah pusat tekanan rendah di Samudera Hindia atau sebelah utara Australia.

"Sampai saat ini monsoon baratan atau Asia yang banyak membawa uap air masih cukup kuat masuk hingga bagian selatan equator," kata Djoko.

Selain itu, lanjut Djoko, fenomena Madden Julian Oscilation (MJO) atau penjalaran tekanan udara rendah di Samudera Hindia juga diperkirakan kembali berada di wilayah Indonesia pada Maret 2018.

Keberadaan MJO, kata dia, mengakibatkan pembentukan awan hujan dari Samudera Hindia yang bergerak ke arah timur atau ke arah Indonesia sehingga masih menyebabkan turunnya hujan. "MJO masih menyebabkan peningkatan hujan di Pulau Jawa," kata dia.

Saat ini, kata dia, suhu muka laut di perairan Indonesia secara umum berkisar antara 28-30 derajat celcius. Kondisi itu juga berperan memasok uap air di wilayah Jawa sehingga potensi pembentukan awan hujan relatif tinggi. "Dengan kondisi cuaca seperti ini, kami memperkirakan fase pancaroba di DIY baru terjadi pada April 2018," kata dia.

Oleh sebab itu, Djoko mengimbau agar masyarakat tetap mewaspadai potensi bencana seperti bahaya banjir, angin kencang, serta longsor terutama yang tinggal didataran tinggi, serta tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta yang saat ini dalam kategori tinggi mencapai 2,5-4 meter.

"Terutama yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah di sungai serta membersihkan drainase, menebang pohon yang tua dan cabang yang sudah rapuh, dan mematikan alat-alat elektronik bila dirasa petir muncul," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement