Senin 12 Feb 2018 02:24 WIB

BBKSDA Riau Tambah Jumlah Perangkap Harimau

Sebagai upaya menangkap harimau sumatera yang pernah terkam manusia

Warga mengevakuasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang telah dibius di Nagari Mandeh, Kab.Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Jumat (27/5). (Antara/Iggoy el Fitra)
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warga mengevakuasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) yang telah dibius di Nagari Mandeh, Kab.Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Jumat (27/5). (Antara/Iggoy el Fitra)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau akan menambah jumlah perangkap harimau berupa kerangkeng (trap box). Hal ini sebagai upaya menangkap harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di Indragiri Hilir yang pernah menerkam manusia hingga tewas.

"Saat ini kita sudah pasang enam 'trap box'. Dalam waktu dekat kita kembali upayakan menambah 'trap box' serta modifikasi agar lebih natural," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo, Ahad (11/2).

Mulyo menjelaskan, dengan enam kerangkeng yang diisi umpan kambing jantan serta babi hutan tersebut belum berhasil menarik perhatian harimau liar tersebut.

Selain enam unit kerangkeng yang telah terpasang, Mulyo juga mengatakan pihaknya turut memasang delapan kamera pengintai. Bahkan, salah satu kamera pengintai sempat merekam tingkah laku harimau, yang belakangan diberi nama "Bonita" tersebut.

Dalam rekaman itu, harimau itu hanya melintasi kerangkeng besi dengan salah satu pintunya terbuka. Harimau betina itu tidak bergeming dengan umpan yang berada di dalam kerangkeng.

Selain itu, Mulyo juga menjelaskan bahwa melalui kamera pengintai tersebut, pihaknya turut menyimpulkan ternyata tidak hanya satu harimau yang berkeliaran di sekitar perkebunan kepala sawit, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.

"Ada dua harimau betina, yang usianya tidak jauh berbeda. Satu kami beri nama Bonita dan satu lagi Boni. Bedanya, Bonita ini yang lebih sering berkeliaran di perkebunan dan menerkam warga beberapa waktu lalu," ujarnya.

Korban yang diterkam Bonita pada awal Januari 2018 lalu bernama Jumiati. Korban merupakan salah seorang karyawan lepas PT THIP. Perempuan berusia 33 tahun itu tewas dengan kondisi mengenaskan saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State.

Selama 37 hari proses pencarian, dia menuturkan tim dan masyarakat telah beberapa kali melihat langsung harimau tersebut. Namun, proses penangkapan tidak dapat serta merta membuahkan hasil.

Saat ini tim masih terus berada di lapangan sebagai upaya untuk menyelamatkan si raja Rimba tersebut. BBKSDA Riau berencana akan merelokasi satwa itu dari lokasi tersebut.

Mulyo berharap pihaknya dapat segera menangkap satwa dilindungi itu, untuk kemudian direlokasi ke tempat yang lebih aman. Aman bagi harimau maupun bagi manusia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement