REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), RI Erma Suryani Ranik menilai pihak Kepolisian lemah dalam mengantisipasi penyerangan terhadap sejumlah tokoh agama. Hal ini dibuktikan banyak kasus penyerangan terhadap mereka beberapa pekan terakhir.
Sebelumnya telah terjadi penyerangan kepada sejumlah tokoh di Jawa Barat dan DI Yogyakarta, yang terjadi baru-baru ini. "Saya memantau informasi yang terjadi tentang penyerangan di rumah ibadah. Ini bukti kalau antisipasi dari pihak kepolisian begitu lemah, ujar ungkap Politikus Partai Demokrat, saat dikonfirmasi, Kamis (15/2).
Lanjut Erma, tensi politik Indonesia akan meningkat ketika menjelang Pilkada dan Pilpres. Ia menginginkan pihak Kepolisian harus tanggap dan menjaga agar peristiwa seperti ini tidak berkembang secara liar di media, hingga munculnya berita hoaks yang bisa memicu konflik.
Erma juga meminta agar pihak Kepolisian tidak berleha-leha dan lengah. Karena, dia curiga, dengan kasus penyerangan ini. Contohnya penyerangan terhadap ustadz yang dilakukan orang gila, kenapa bisa terencana, kenapa ada pola yang begitu berdekatan. "Ini kalau terus-menerus tidak dilakukan antisipasi oleh penegakan hukum, nanti bisa berkembang liar, keluhnya.
Disamping itu, Erma juga menyoroti peranan dari intelijen polisi yang menurutnya kurang bisa meredam kejadian kriminal kepada tokoh agama. Apalagi Kepolisian ini memikiko intelijen, kenapa masalah ini enggak bisa diantisipasi. "Kita begitu miris, ini saat sedang ibadah di gereja malah diserang dengan senjata. Tolong intelijen bekerja untuk mengantisipasi ini, harapnya.
Maka dengan demikian, Erma mendorong Kepolisian untuk melakukan investigasi terkait penyebab dan akar masalahnya. Selain mereka melakukan investigasi, tentu apabila ini terbukti kalau bukan orang gila, maka akan dilakukan penegakan hukum sekeras-kerasnya, ungkap Erma.