Jumat 16 Feb 2018 12:28 WIB

Putu Wijaya Raih Gelar Doktor HC dari ISI Yogyakarta

Putu Wijaya terharu menerima gelar doktor honoris causa.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Putu Wijaya
Putu Wijaya

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pimpinan Teater Mandiri, Putu Wijaya, akan mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sastrawan serba bisa bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya itu begitu terharu ketika mendapatkan kabar tersebut.

"Rasa haru dan hormat saya atas hadiah dari langit itu," kata Putu, Jumat (15/2).

Tidak terbayangkan, setelah 47 tahun meninggalkan Yogyakarta, membawa ijazah SH yang tidak pernah dipergunakan, dirinya kembali untuk menerima gelar doktor honoris causa. Ketika berada di AS, Prof James Brandon dari Universitas Hawaii pernah memberinya formulir studi.

Tapi, saat itu ia merasa tidak berbakat menjadi ilmuwan, dan lebih memilih kerja kreatif di lapangan. Karenanya, bila sekarang harus memikul gelar doktor honoris causa, ia merasa malu bila tidak memiliki alasan berani menerima penghargaan terhormat tersebut.

"Saya bukan peneliti, tapi proses kreatif puluhan tahun di lapangan memaksa saya bertempur dengan berbagai kasus kreatif," ujar Putu.

Menurut Putu, itu membetotnya selangkah demi selangkah, merakit jurus-jurus penyelamat untuk menjawab, menerobos dan menjinakkan tantangan dan keterbatasan. Antara lain, sampai ke jurus bertolak dari yang ada, teror mental, dan teater tontonan.

Ternyata, jurus rakitan itu dapat dipakai menghadapi berbagai kasus lain dan bisa terpakai tidak hanya oleh dirinya sendiri, melainkan orang lain. Lewat jurus-jurus itulah, Putu menghayati kembali kearifan lokal Bali, desa kala patra.

"Sehingga, saya bisa melihat berbagai fenomena dan situasi dari sudut pandang yang lain atau baru, di antaranya, betapa hebatnya warisan kearifan lokal dalam teater tradisi atau rakyat kita," kata Putu.

Interaksi mendalam antara teater modern dan teater tradisi, ia rasakan telah melahirkan apa yang disebut tradisi baru. Yaitu, saat untuk tidak lagi membiarkan referensi barat mendominasi teater Indonesia, sebab semua referensi setara.

Lama rasanya ia ingin memaparkan itu, dan penghargaan doktor honoris causa bagai saat meletusnya seluruh kandungan pikiran itu. Tulisan tersebut sudah diterbitkan dalam buku hibah yang terbit Agustus 2017, dengan judul Tradisi Baru.

"Paling tidak, kendati itu hanya pengalaman personal, rasa malu, cemas dan gamang saya berakhir," ujar Putu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement