Sabtu 24 Feb 2018 01:30 WIB

'Nama Anis Muncul Lagi, Konflik Internal PKS Belum Tuntas'

Anis Matta dipercaya bisa meningkatkan elektabilitas PKS di Pemilu 2019

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Haryadi berkomentar mengenai kandidat calon presiden (capres) alternatif yang menjadi isu hangat belakangan. Pemilihan presiden (Pilpres) 2019 sebelumnya disebut tidak akan jauh berbeda halnya dengan 2014, di mana ada dua kandidat utama yang dinilai memiliki elekabilitas tertinggi yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo sebagai Ketua Umu Partai Gerindra.

Namun, belakangan muncul nama-nama kandidat capres alternatif yang dinilai juga berpotensi unggul dalam Pilpres 2019. Di antaranya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hingga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta.

"Anis Matta muncul lagi sebagai cermin konflik internal PKS yang belum tuntas," ujar Haryadi kepada Republika.co.id, Jumat (23/2).

Seperti diketahui, lanjutnya, sejak Sohibul Iman menggantikan Anis sebagai pimpinan PKS, kader-kader yang dinilai sebagai loyalis Anis disingkirkan dari kepengurusan partai. Tak tanggung-tanggung kepengurusan tersebut disingkirkan dari pusat hingga daerah.

Beberapa waktu lalu, setelah PKS mengumumkan sembilan kandidat capres yang akan diusung di Pilpres 2019, baliho Anis Matta mulai bermunculan. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, yang juga pernah dikeluarkan dari kepengurusan partai dan dikenal sebagai orang dekat Anis mengatakan bahwa itu adalah jawaban atas gejolak lingkup internal PKS.

Menurutnya, aspirasi itu adalah keinginan kader PKS yang menginginkan PKS unggul dan mumpuni dalam pilpres 2019. Selain itu, kemunculan baliho Anis juga menjadi semacam kerinduan kader kepada pemimpin yang inspiratif dan dinilai dapat membangun masa depan partai lebih baik.

Sementara itu, sebagai salah satu kandidat capres PKS, Anis dianggap memiliki elektabilitas terbesar dari kalangan politisi berbasis Islam. Dalam sejumlah survei, Anis meraih elektabilitas sebanyak 1,5 persen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement