REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Setelah satu bulan penuh ditutup untuk aktivitas pendakian, gunung Merbabu sudah dibuka kembali. Pembukaan aktivitas pendakian ini terhitung mulai 1 Maret 2018 besok.
Perihal pembukaan kembali aktivitas pendakian gunung Merbabu ini sudah disosialisasikan oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM), selaku pemangku kepentingan. "Khususnya kepada seluruh relawan basecamp pendakian, baik yang ada di wilayah Kabupaten Semarang, Boyolali serta Kabupaten Magelang," kata Kepala BTNGM, Edy Sutiyarto, Rabu (28/2).
Menurut Edy, BTNGM sebelumnya telah menutup seluruh jalur pendakian menuju puncak Merbabu. Penutupan dilakukan untuk pemulihan ekosistem dan berbagai kegiatan pembenahan.
Seluruh kegiatan ini dilakukan oleh segenap pengelola basecamp, Masyarakat Peduli Api (MPA) serta para relawanpeduli kelestarian serta kebersihan lingkungan Merbabu. Pemulihan ekosistem dilakukan sehubungan dengan adanya sejumlah kerusakan akibat ulah para pendaki yang mengabaikan kelestarian alam. Seperti aksi vandalisme, perusakan vegetasi hingga banyaknya sampah.
Guna menjaga kelestarian di lingkungan Merbabu, masih jelas Edy, BTNGM telah meminta kepada seluruh relawan posko dan pengelola basecamp pendakian untuk mendata berbagai barang serta peralatan yang dibawapendaki. Termasuk, mewajibkan para pendaki agarmembawaturun sampah dari setiap makan maupun botol minuman yang dibawa dan memeriksadan melarang berbagai peralatan atau barang bawaan pendaki.
Terutama yang bisa disalahgunakan untuk merusak lingkungan yang berada di sekitar jalur pendakian. Kewajiban ini dilakukan untuk menjaga kelestarian dan kebersihan. "Termasuk keamanan ekosistem di sepanjang jalur pendakian Merbabu," tandasnya.
Hal ini diamini oleh Widarto, pengelola Basecamp Cuntel, Kecamatan Getasan. Menurutnya, apa yang telah menjadi kebijakan BTNGM telah disosialisasikan ke seluruh jajaran pengelola basecamp.
Ia pun mengimbau kepada para pendaki Merbabu untuk menjaga ekosistem apa pun yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Selama ini, kerusakan akibat aksi vandalisme dan berbagai tindakan yang mengabaikan kelestarian lingkungan menjadi persoalan di gunung Merbabu.
Apalagi, waktu satu bulan sebenarnya masih sangat kurang untuk pemulihan ekosistem yang mengalami kerusakan. "Kami akan optimalkan relawan untuk melaksanakan instruksi BTNGM ini," kata Widarto.