REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izuh Fatah menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tengah menunjukkan maqam politiknya pada publik Indonesia. "Dia sedang mempertontonkan pada publik Indonesia, bahwa dia politisi dengan maqam di level tertinggi," kata Toto kepada Republika, Ahad (11/3).
Ia menilai ada dua prespektif yang dapat dilihat dari pernyataan SBY dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 pada Sabtu (10/3), yakni sisi baik dan buruk. Ia menjabarkan penyataan SBY bisa disinyalir sebagai kabar baik, apabila itu dalam arti kepentingan bangsa, negara, dan demokrasi.
Toto menyebut, pernyataan SBY merupakan strategi sangat lembut untuk mencairkan kebekuan dirinya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri lewat pintu lain. Sebab, menurut dia, selama ini komunikasi politik SBY dan Megawati mendapat respon sinis dari publik.
Dengan demikian, Toto menilai langkah Presiden keenam RI itu yakni tengah mencoba menunjukkan kelasnya sebagai politisi dengan maqam tertentu yang tinggi di Indonesia "Secara tak langsung ini isyarat bisa mendukung Jokowi (Joko Widodo) dengan arti lain, kita buka pintu lebar baikan dengan Megawati yang notabene pimpinan partai pungusung Jokowi," ujar dia.
Toto mengingatkan, selama ini SBY dikenal sebagai politisi dengan komunikasi yang santun. "Walaupun belum vulgar, belum tegas (mendukung Jokowi), dia sangat diplomatis," jelasnya.
Selain menunjukkan kelasnya, Toto menilai, SBY juga berusaha menaikkan nilai tawar dirinya maupun Partai Demokrat di kancah politik nasional. Sehingga, SBY tak obral murah dengan sinyal dukungan itu.
Menurut Toto, isyarat Partai Demokrat itu bisa membuat partai atau calon presiden lain semakin menganggap penting SBY. Sebab, faktanya, kursi Partai Demokrat bisa menjadi kunci terhadap muncul tidaknya poros ketiga.
"Bukan tak mungkin dia akan menjadi kunci tertentu munculnya partai tunggal dengan membawa gerbong lain," tutur Toto.
Sementara sisi buruknya, menurut Toto, bisa saja ada agenda tersembunyi untuk kepentingan pragmatis SBY maupun partai. Ia menyayangkan apabila itu terjadi, artinya SBY dan Partai Demokrat kehilangan idealisnya.
"Itu hanya yang penting aman atau politik asal selamat. Itu sinyal mulai lunturnya idealisme SBY dan Demokat. Bukan mustahil ada hidden agenda itu," tutur Toto.