Selasa 13 Mar 2018 09:55 WIB

Menristekdikti Dorong Politeknik Segera Dibenahi

Salah satu yang patut dibenah adalah cara pandang masyarakat terhadap politeknik.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Winda Destiana Putri
Politeknik Negeri Semarang
Politeknik Negeri Semarang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, terus mendorong politeknik untuk berbenah diri. Hal ini sejalan dengan upaya menjadikan perguruan tinggi politeknik sebagai incaran bagi calon mahasiswa.

Salah satu yang patut dibenah adalah cara pandang masyarakat terhadap politeknik. "Selama ini, politeknik seolah seperti perguruan tinggi kelas dua. Padahal, lulusan politeknik saat ini sangat kompeten dan dibutuhkan pasar kerja," ujar Nasir dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (13/3).

Nasir mengatakan, kebutuhan dunia industri yang menuntut kompetensi lulusan politeknik juga harus disesuaikan dengan pembelajaran di politeknik. Beberapa cara yang ditempuh pemerintah bersama dengan politeknik di antaranya adalah dengan merancang program Multi Entry Multi Outcome (MEMO) bagi mahasiswa politeknik.

 

Kelak, mahasiswa bisa memilih berbagai altetnatif perkuliahan yang memungkinkan mereka untuk langsung bekerja di industri dengan tetap dapat kembali lagi ke kampus. MEMO diharapkan dapat mempercepat kebutuhan industri dan memutus mata rantai kemiskinan. Jadi, lulusan politeknik akan selalu siap kerja bukan siap training.

"Tahun pertama misalnya, (mahasiswa) dapat sertifikat KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) level 3, terus mau bekerja, kembali lagi dia (ke kampus) itu bisa melanjutkan ke tahun kedua. Tidak ada DO (drop out), istilahnya zero DO," ujar Nasir.

Pada kesempatan yang sama, Nasir juga menyampaikan, pihaknya mendapatkan tawaran yang sangat baik bagi para mahasiswa politeknik. Tawaran itu datang dari Taiwan yang menawarkan beasiswa dengan kuota hampir 6000 mahasiswa.

"Para Direktur saya minta untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi di Taiwan dan anak didiknya agar disiapkan untuk masuk ke Taiwan baik di perguruan tinggi maupun industri disana," ujarnya.

Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri se-Indonesia, Rahmat Imbang, mengatakan, kajian skema MEMO masih membutuhkan beberapa penyesuaian dan penyelerasan peraturan. Termasuk dalam penyesuaian kurikulum, instrumen penilaian BAN PT dan pangkalan data pendidikan tinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement