Jumat 23 Mar 2018 03:02 WIB

Eksploitasi Lahan Bandung Utara Dituding Sebabkan Banjir

Pembangunan marak dilakukan di Kawasan Bandung Utara.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nur Aini
Sebuah backhoe diturunkan untuk membersihkan jalan di sebuah komplek perumahan yang dipenuhi lumpur pasca banjir bandang di daerah Jatihandap, Kota Bandung, Rabu (21/3).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sebuah backhoe diturunkan untuk membersihkan jalan di sebuah komplek perumahan yang dipenuhi lumpur pasca banjir bandang di daerah Jatihandap, Kota Bandung, Rabu (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banjir bandang yang terjadi di kawasan Cicaheum pada Selasa (20/3) berasal dari derasnya air yang meluap dari sungai Cipamokolan. Derasnya aliran air dikarenakan hujan turun dengan lebat terutama di Kawasan Bandung Utara (KBU).

Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengatakan eksploitasi KBU sudah sedemikian masif. Pembangunan marak dilakukan di wilayah tersebut.

"Eksploitasi Bandung Utara sudah sangat kritis, bisa akan terjadi banjir lebih hebat lagi ke wilayah bawah Bandung dan sekitarnya. Karena kita tahu beberapa titik Bandung Utara yang mencakup empat wilayah sudah sangat tidak terkendali pembangunan," kata Ferdi, Kamis (22/3).

Ferdi menyayangkan banyak pembukaan lahan di wilayah hulu untuk infrastruktur ataupun lahan pertanian. Hal itu membuat daerah resapan air kritis sehingga air yang turun dari KBU langsung mengalir deras ke Kota Bandung jika hujan lebat turun.

"Bayangkan tebing, jurang saja dibangun. Jadi resapan air sudah tidak bisa lagi terlindungi. Air itu langsung menusuk ke sungai dan kali," ujarnya.

Selain itu, katanya, air yang mengalir juga membawa muatan lumpur ke dataran yang lebih rendah. Sehingga tanggul rawan jebol karena tidak kuat menahan volume air yang besar.

Ia pun meminta seluruh pihak terkait untuk menjaga KBU agar tidak dieksploitasi. Sehingga potensi bencana bisa diminimalisasi. "Sekali lagi saya mengingatkan hentikan pembangunan Bandung Utara yang tidak mengikuti sesuai dengan aturan," ucapnya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Arief Prasetya mengatakan jika KBU hujan lebat, maka air akan mengalir deras ke Kota Bandung melalui anak-anak sungai. Pada kejadian banjir Cicaheum, air mengalir sangat deras dari Sungai Cipamokolan.

"Sungai Cipamokolan menjadi titik temu dua sungai yaitu sungai Cileuweung dan sungai Cicabe yang keduanya, hulunya ada di daerah utara Kota Bandung, keadaan saat itu di utara kota Bandung sedang turun hujan dan air bercampur lumpur," ujar Arief dihubungi terpisah, Kamis (22/3).

Ke depannya, Arief menuturkan akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi banjir. Salah satunya penataan kawasan hulu dengan memperbaiki daerah resapan di daerah utara Kota Bandung serta membuat kolam retensi baik di permukaan maupun basement air.

"Di daerah utara Kota Bandung kami akan menanam pohon tanaman keras dengan cengkraman akar yang kuat serta mengimbau masyarakat untuk membongkar bangunannya yang dibangun di bibir sungai," tuturnya.

Sementara itu, PD Kebersihan Kota Bandung masih berupaya mengangkut sampah-sampah pasca-banjir sejak kemarin. Pada Rabu (21/3) kemarin sebanyak 13 truk sampah diturunkan.

"53 ton sampah kemarin, hari ini kita siapkan delapan truk untuk angkut sekitar 32 ton," kata Direktur Utama PD Kebersihan Deni Nurdyana.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement