REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia harus membuktikan prediksi bubarnya Indonesia akan bubar pada 2030 adalah kesalahan. Hal itu sekaligus jadi peringatan untuk berbenah.
Ekonom Universitas Padjadjaran Ina Primiana mengatakan, analisis yang menyatakan Indonesia akan bubar pada 2030 tersebut harusnya membuat Indonesia berhati-hati. Sebab hal itu jadi tantangan bagi Indonesia untuk berbenah di sisi ekonomi dan politik. "Analisis itu harus Indonesia buktikan tidak benar," kata Ina melalui telepon pada Kamis (22/3).
Di samping isu itu juga harus dipertanggungjawabkan kebenarnnya. Bila itu adalah kajian asing, harus dilihat maksudnya.
Di sisi ekonomi, Ina melihat perlu pembenahan pada kesamaan langkah dalam keputusan ekonomi. Ia mencontohkan industri saat ini yang sedang berusaha tumbuh, tapi pemerintah malah membuka 9.000-an produk bebas masuk. "Benahi di dalam dulu. Jangan sampai antar kementerian kontra produktif," ucap Ina.
Untuk mencapai tujuan bersama, butuh langkah bersama. Jangan malah kebijakan satu kementerian mematikan kebijakan kementerian lain. Sinergi adalah hal utama.
Pemerintah juga harus punya prioritas dan komitmen. Yang terjadi pada ekonomi nasional saat ini karena pemangku kebijakan berjalan masing-masing dan tidak saling mendukung. Apalagi Indonesia juga lemah data, sehingga mana yang akan dibuka impor atau tidak, tidak tahu.
Tarif impor ada negara yang menggunakan seperti AS. Tapi Indonesia bisa pakai hambatan nontarif. Jangan terlalu membuka lebar impor, karena di dalam negeri masih banyak yang harus ditolong. Rantai pasok industri yang rusak jelas perlu ditolong.
Kalaupun mau mengembangkan pariwisata, boleh saja. Tapi kementerian lain harus mendukung ke sana bersama-sama dan berkomitmen. Jangan sampai prediksi 2030 itu benar terjadi.
Sebelumnya, dalam sebuah unggahan video di Facebook Partai Gerindra, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyebut ada kajian yang menyatakan Indonesia akan bubar pada 2030. Sebab, ada ketimpangan penguasaan kekayaan dan tanah.
Begitu pula dengan perilaku elite politik saat ini yang merusak bangsa. "Semakin pintar dan semakin tinggi kedudukan semakin curang, semakin culas, semakin maling," ujar dia.