Selasa 27 Mar 2018 11:51 WIB

Pesan Terakhir Doni Usai Shalat Maghrib di Makodam Siliwangi

Pangdam ganti tiap hari tapi program Citarum Harum harus tetap berjalan.

Rep: Djoko Suceno/ Red: Maman Sudiaman
Pangdam III Siliiwangi Mayjen TNI Doni Monardo
Foto: dok. Pendam III Siliwangi
Pangdam III Siliiwangi Mayjen TNI Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, Hanya empat bulan Mayjen TNI Doni Monardo menjabat Pangdam III Siliwangi. Jenderal bintang dua ini harus menanggalkan jabatan yang disandangnya sejak tanggal 14 November 2017 pada Kamis (22/3) lalu. Sang jenderal berpostur tinggi ini kemudian menduduki jabatan baru sebagai Sekretaris Jenderal (Sesjen) Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) dengan tambahan bintang di pundaknya (Letnan Jenderal).

Berdasarkan catatan Republika, Doni adalah perwira tinggi yang paling singkat menduduki jabatan orang nomor satu di Kodam III Siliwangi, salah satu Kodam ternama di lingkungan TNI-AD. "Empat bulan saya bersama-sama masyarakat Jabar dan Banten," kata Doni yang pernah menduduki jabatan strategis di lingkungan TNI-AD kepada Republika setelah melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di Masjid Al Ikhlas Makodam III Siliwangi, Selasa (20/3).

Hari itu, merupakan terakhir kali Doni melaksanakan shalat Maghrib berjamaah bersama prajuritnya di lingkungan Kodam III Siliwangi. Setelah melaksanakan shalat Maghrib berjamaah, Doni dan jajarannya kembali ke Aula Makodam III untuk menuntaskan acara "perpisahan" bersama kalangan penggiat lingkungan hidup dan para jurnalis. Dalam acara tersebut mantan danjen Koppasus ini memberikan penghargaan kepada penggiat lingkungan hidup dan jurnalis yang telah bersama-sama mewujudkan program Sungai Citarum Harum.

Mimpi mewujudkan sungai terpanjang di Jawa Barat (sekitar 269 kilometer) itu digagas Doni setelah dia dilantik menjadi Pangdam Siliwangi, empat bulan lalu. Ia ingat betul beberapa hari setelah dilantik, langsung mencari data sebanyak-banyaknya ihwal Sungai Citarum yang kini mendapat predikat salah satu sungai terkotor di dunia. Data tersebut ia butuhkan untuk menyusun sebuah konsep program Citarum Harum. Setelah data awal terkumpul, Doni pun mengundang sekitar 200 orang yang memiliki kepedulian terhadap nasib Sungai Citarum. Ada dari kalangan akademisi, penggiat lingkungan hidup, seniman dan budayawan, organisasi kemasyarakat, jurnalis, hingga elemen masyarakat lainnya. "Pertemuan perdana membahas Sungai Citarum berlangsung selama tujuh jam tanpa istirahat," ujar mantan danjen Kopassus ini.

Setelah melalui pembahasan yang mendalam, disepakati program Citarum Harum harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh, mulai dari aspek sosial, ekonomi, hukum, budaya, serta aspek-aspek lainnya. Penanganan masalah

Citarum tak bisa lagi dilakukan secara parsial seperti yang dilakukan selama ini. Keterlibatan seluruh stakeholder di Jabar sangat diharapkan. Untuk itu, dibutuhkan payung hukum untuk menjamin keberlangsungan program ini. "Kami berpikir harus ada payung hukum agar program ini berkesinambungan dan membuahkan hasil seperti yang kita harapkan," kata Presiden Asosiasi Profesor Doktor Hukum Indonesia (APDHI) Dr Dini Dewi Heniarti dalam testimoninya di acara tersebut.

photo
Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Doni Monardo turun langsung mengambil sampah yang berada di aliran sungai Citarum di Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jumat (2/3).

Bersama rekan-rekan di organisasinya, Dini pun merancang sebuah peraturan presiden (perpres) untuk program Citarum Harum. Rancangan perpres ini disusun selama kurang lebih tiga hari. Setelah draft perpres disusun, kata dia, kemudian diserahkan kepada pemerintah. Hanya butuh waktu dua setengah bulan perpres ini pun akhirnya diteken Presiden Joko Widodo, beberapa hari sebelum Doni menanggalkan jabatannya sebagai Pangdam III Siliwangi. "Perpres ini sangat fenomenal. Disusun hanya dalam waktu tiga hari dan disahkan dua setengah bulan kemudian. Perpres lain kadang dua tahun bahkan delapan tahun baru disahkan. Kami syukuran setelah surat keputusan (skep) perpres turun," ujar dia.

Dengan adanya perpres tersebut, kata Dini, program Citarum Harum akan makin kuat. Meski Doni tak lagi menjabat Pangdam III Siliwangi, kata dia, sang jenderal akan menjadi komandan program tersebut. Kekhawatiran dari masyarakat Jabar akan nasib program Citatum Harum sepeninggal Doni dari Kodam III Siliwangi tampaknya mulai terjawab. Menurut Dini, sang jenderal akan tetap bersama-sama masyarakat Jabar dalam mewujudkan Citarum Harum. "Pemikiran dan karya Pak Doni akan tetap di Citarum, tidak akan pergi," ujar dia meyakinkan.

Apa yang disampaikan Dini, diamini oleh Doni. Ia mengatakan, meski dirinya tak lagi menjabat Pangdam III Siliwangi, program tersebut akan terus berjalan. Ia mengatakan, sistem yang dibangun bersama masyarakat Jabar dalam memperbaiki kondisi sungai yang melintasi 12 kabupaten/kota mulai dari Situ Cisanti, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung Barat, hingga Karawang, sudah terbangun. Apalagi, kata dia, sudah ada perpres yang mengatur soal program Citarum Harum. " Siapa pun yang menjadi Pangdam Siliwangi, program ini akan terus berjalan karena sistem sudah ada. Enggak usah khawatir karena saya enggak menjabat pangdam, terus program ini berhenti. Pangdam ganti tiap hari, program Citarum tetap jalan.

"Jangan khawatir. Kita sudah buat pondasi untuk menjadikan sungai terbersih di Indonesia. Tetap semangat, ini pertemuan terakhir. Walau saya tidak di sini, saya tetap urus Citarum," tutur Doni yang disambut tepuk tangan seluruh undangan.

Dalam kesempatan tersebut Doni sekaligus berpamitan dengan para penggiat lingkungan hidup serta jurnalis yang selama empat bulan terakhir bersama-sama mewujudkan mimpi Citarum Harum. "Saya pamit. Sudah ada perintah posisi yang lebih tinggi," kata Doni dengan kalimat terbata-bata dan mata yang berbinar. Ia tak kuasa melanjutkan sambutannya dan berhenti sekitar 30 detik, untuk kemudian menarik napas panjang dan kembali dengan senyum mengembang di bibirnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement