REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Akademisi Tekhnologi Hasil Perikanan Universitas Diponegoro, Fronthea Swastawati mengatakan cacing bisa ditemukan ditemukan di dalam ikan kaleng apa saja, selain ikan makarel yang baru-baru ini ditemukan. Sebab, layaknya mikroba, larva cacing dimungkinkan bisa bertahan dengan suhu panas sekalipun.
“Bisa terjadi tak hanya di ikan makarel saja, tapi bisa terjadi di ikan manapun,” kata Fronthea, Kamis (29/3). Ia mengatakan, ditemukannya cacing di dalam ikan makarel kaleng disebabkan bukan dari proses pengalengan itu sendiri. Melainkan dari bahan baku ikan, yaitu yang ditangkap langsung dari perairan Indonesia maupun yang diimpor.
Proses pengalengan makanan melewati rangkaian yang sangat panjang. Dalam proses itu, ada tahap di mana bahan baku pengalengan dilakukan pemanasan dengan suhu tinggi, kemudian didinginkan kembali, dan dipanaskan kembali Hal itu ditujukan untuk mematikan mikroba yang berpotensi untuk hidup.
Fronthea mengatakan, ada beberapa jenis mikroba yang masih bisa bertahan dengan keadaan suhu apapun yang biasa ada dalam proses pengalengan. “Khawatirnya, larva cacing juga bersifat seperti itu,” kata dia.
Ia menyebut, kemungkinan itu bisa terjadi hingga pada akhirnya larva bisa berkembang dengan suasana ataupun suhu tertentu. “Sehingga nantinya bisa jadi, ada kemungkinan larva tumbuh kemudian hidup di dalam ikan kaleng,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada pemerintah dan juga pihak-pihak Badan POM untuk melakukan pemeriksaan tak hanya pada ikan kaleng makarel, tapi juga pada ikan kaleng jenis apapun. “Seharusnya tak hanya pada kaleng ikan makarel, tapi jenis apapun, patut diperiksa lebih lanjut,” tuturnya. Namun ia sendiri mengapresiasi langkah BPOM yang sampai saat ini telah sigap dalam menarik peredaran ikan kaleng itu di pasaran.