REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis menanggapi munculnya puisi berjudul 'Ibu Indonesia' yang ditulis Putri Proklamator Bung Karno, Sukmawati. Pasalnya, dalam puisi tersebut dinilai berbau Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA).
Dalam puisi tersebut, Sukmawati menyinggung bahwa ia tak mengerti tentang syariat Islam. Karena itu, menurut Kiai Cholil, seorang yang bangga dirinya tidak mengerti tentang syariat Islam adalah suatu kecelakaan.
"Tak mengerti syariat Islam bagi pemula itu keniscayan, tapi bangga dengan tak paham syariah bagi muslimah adalah 'kecelakan'. Syariah itu sumber ajaran Islam yang wajib diketahui oleh pemeluknya. Syariah itu original dari Allah SWT," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Selasa (3/4).
Dalam pusinya, Sukmawati juga mengungkapkan bahwa sari konde ibu Indonesia sangatlah indah dan lebih cantik dari cadar. Padahal, menurut Kiai Cholil, cadar itu produk fikih dari ijtihad ulama yang meyakini sebagai syariah berdasarkan dalil Alqur'an Surat an-Nur ayat 31, khususnya menurut pendapat Ibnu Mas'ud.
"Walaupun ulama yang tak mewajibkan cadar, namun tak soal keindahan semata karena juga soal kepatuhan kepada Allah SWT," ucapnya.
Tidak hanya soal cadar, Sukmawati dalam puisinya juga menyinggung soal azan. Kiai Cholil pun menjelaskan bahwa azan itu syi'ar Islam untuk memberitahu dan memangil untuk mendirikan shalat. "Azan bukan sekadar soal merdu suara muazinnya dikuping, tapi bagi muslim Azan itu menembus hati karena berisi keaguangan Allah, syahadat dan ajakan untuk meraih kebahagiaan," kata Pengasuh Ponpes Cendikia Amanah Depok ini.
Kiai Cholil menambahkan, nusantara sangat kaya akan budaya dan nilai, sehingga menilai keindahan tidak boleh merendahkan yang lain. Menurut dia, tak elok jika seorang putri pendiri bangsa menyinggung yang lain untuk membangun kerukunan umat beragama.
"Cadar dan azan menyangkut keyakinan bukan soal keindahan, meskipun keduanya itu tak saling bertentangan. Tak layak membandingkan sesuatu yang memang tidak untuk dibandingkan apalagi wilayah subjektif individu dan pelantunnya. Mana kebinekaannya itu yang didengungkan," ungkap Kiai asal Madura ini.
Puisi yang dibacakan Sukmawati sudah beredar viral di dunia maya. Puisi tersebut dibacakan di ajang Indonesia Fashion Week 2018, Jakata Convention Centre, Rabu (28/3). Hingga berita ini diturunkan, Republika belum mendapatkan klarifikasi atau konfirmasi dari Sukmawati.
Berikut puisi yang dibacakan Sukmawati:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.