REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menilai untuk bisa meningkatkan investasi Indonesia, pemerintah harus melihat peluang. Ia menilai, bekerjasama dengan investor asing salah satunya adalah memanfaatkan peluang tersebut agar bisa menambah investasi di Indonesia.
Luhut mengatakan, kerja sama dengan Cina salah satunya untuk mendorong hubungan bisnis kedua negara demi kepentingan nasional. Ia mengatakan, hal ini bisa meningkatkan investasi dan memacu pertumbuhan di sektor lain seperti, lapangan kerja, peningkatan PDB dan pertumbuhan ekonomi.
"Kita kan harus cerdas (karena) semua (negara) melihat peluang. Tinggal sekarang pintar-pintar lihat peluang supaya lebih banyak untung," ujar Luhut melalui keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Ahad (15/4).
Ia memberikan contoh, salah satu kerja sama dengan Cina yang saat ini pertumbuhan ekonominya meningkat adalah Wilayah Morowali. Di sana, lokasi kawasan Industri morowali membuat pertumbuhan ekonomi meningkat hingga 60 persen. "PDB pasti meningkatlah, pendidikan pasti tambah, pertumbuhan tambah. Sekarang mau bikin lagi di Halmahera Utara, itu produksi baterai lithium, jadi tidak semua tertumpu di Jakarta," ujar Luhut.
Kedepan, Luhut menjelaskan pihaknya akan meningkatkan investasi dengan Cina dalam bidang infrastruktur, konstruksi, pembangunan rel kereta api, jalan tol, produk otomotif, real estate, pembangkit tenaga listrik, besi dan baja. Luhut memperkirakan BRI sebagai mega proyek infrastruktur dan investasi abad ini yang melibatkan 68 negara.
Bila dikonversi, ini berarti ada 65 persen populasi dunia terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam megaproyek pemerintah Cina tersebut. Luhut menjelaskan, saat ini Indonesia dan Cina sudah melakukan penandatanganan dua nota kesepahaman dan lima kontrak kerja sama antara perusahaan-perusahaan dari kedua negara pada akhir pekan lalu.
Dua nota kesepahaman yang berhasil disepakati adalah menyangkut pengembangan mobil/motor listrik dan pengembangan Tanah Kuning Mangkupadi Industrial Park di Kalimantan Utara. Sedangkan kontrak kerja sama pertama yang ditandatangani terkait pengembangan proyek hydropower di Kayan senilai 2 miliar dolar.
Kontrak yang kedua adalah pengembangan industri konversi dimethyl ethercoal menjadi gas senilai 700 juta dolar. Kontrak ketiga merupakan perjanjian investasi joint venture untuk hydropower plant di Sungai Kayan senilai 17,8 miliar dolar. Yang keempat adalah juga perjanjian investasi joint venture pengembangan pembangkit listrik di Bali senilai 1,6 miliar dolar.
Sedangkan kontrak kelima terkait pengembangan steel smelter senilai 1,2 miliar dolar. "Kami tidak ingin hanya bicara, bicara, dan bicara saja. Tapi kami ingin melihat implementasi," kata Luhut.
INTAN PRATIWI