Selasa 17 Apr 2018 18:48 WIB

Publik Jenuh Jokowi Vs Prabowo

Publik juga menginginkan sosok baru bukan sekadar ganti presiden pada pilpres 2019.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Prabowo Subianto dan Jokowi.
Foto: AP
Prabowo Subianto dan Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Publik bukan sekadar menginginkan pergantian presiden pada pemilihan presiden (pilpres) 2019, melainkan ada sosok baru dalam kontestasi tersebut. Bahkan, publik sebenarnya sudah jenuh dengan pertarungan ulang (rematch) Joko Widodo dan Prabowo Subianto. 

“Bukan hanya sekadar ganti orang, tetapi adanya sosok yang baru dan itu terlihat dari data," kata Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (17/4). 

Rico menerangkan, keinginan publik mengganti presiden terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Median pada April 2018. Sebanyak 46,37 persen masyakarat menginginkan pergantian presiden pada pilpres 2019. 

"Memang betul presiden baru itu, publik ingin yang baru. Jadi, harus digantikan dengan orang yang baru," kata Rico. 

Di sisi lain, Rico juga menyayangkan jika terjadi pertarungan ulang atau rematch antara Joko Widodo dan Prabowo. Saat ini, Prabowo memang masih menjadi penantang Jokowi yang paling menonjol. 

Kendati demikian, hasil survei juga menunjukkan Prabowo mengalami penurunan elektabilitas dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen. Publik menganggap Prabowo masih sosok lama sehingga merasa jenuh. 

Selain publik merasa jenuh, mereka juga menginginkan sosok baru bukan sekadar ganti presiden pada pilpres 2019 nanti. Hal ini terlihat dari tidak sedikit tokoh yang diinginkan publik untuk maju sebagai calon presiden. 

Nama-nama yang muncul dalam survei Median, di antaranya, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anis Mata. Menurut Rico, nama-nama baru ini justru mengalami kenaikan elektabilitas. 

"Berbeda dengan tokoh-tokoh alternatif lainnya yang sedang naik suaranya. Akan tetapi, masih kita lihat setelah Prabowo mendeklarasikan diri, apakah mengalami kenaikan atau stagnan," ungkap Rico 

Bahkan, Rico berpendapat, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebaiknya menyiapkan calon alternatif untuk menggantikan Prabowo. Salah satunya adalah nama Gatot Nurmantyo yang elektabilitasnya tengah naik. 

Rico mengatakan, elektabilitas mantan panglima itu memang masih jauh di bawah Prabowo, tetapi mengalami penaikan, tidak menurun. Saat ini, elektabilitas Gatot tercatat sebesar tujuh persen. 

"Seperti anak tangga, Prabowo itu sebulan lalu ada di anak tangga ke-21 dan sekarang berada di anak tangga ke-20. Berarti, ini sedang turun. Sedangkan, Gatot yang tadinya di tangga kelima sekarang ada tangga di tujuh," kata Rico menerangkan.

Sementara itu, elektabilitas Jokowi masih berkutat di angka 30-an persen. Hasil survei Median pada April 2018 menunjukkan keterpilihan Jokowi sebesar 36,2 persen. Kendati berstatus sebagai pejawat, elektablitas Jokowi hanya naik 1,2 persen dibandingkan Februari 2018 sebesar 35 persen.

Namun, Rico mengatakan, masih memungkinkan bagi Jokowi untuk meningkatkan elektabilitasnya. Dia menambahkan, dengan sisa waktu yang ada, Jokowi bisa menaikkan elektabilitasnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement