Rabu 18 Apr 2018 14:09 WIB

Jadi Perdana Menteri, Mantan Presiden Armenia Diprotes

Mantan Presiden Serzh Sargsyan berhasil memenangi pemilihan Perdana Mneteri

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Armenia
Foto: [ist]
Armenia

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Mantan presiden Armenia pindah ke kursi perdana menteri pada Selasa (17/4) waktu setempat. Ketika itu pula sekitar 40 ribu pemrotes berdemonstrasi di ibukota untuk menentang langkah itu, yang mereka lihat sebagai perebutan kekuasaan.

Para pendukung partai-partai oposisi di Armenia telah memblokir gedung-gedung pemerintah dan jalan-jalan di ibukota itu sejak Jumat (13/4). Namun demonstrasi itu tidak menghalangi anggota parlemen dari pemilihan.

Hasil pemilihan menunjukkan 77-17, yang memastikan mantan Presiden Serzh Sargsyan sebagai perdana menteri baru. Sargsyan menjabat sebagai presiden Armenia dari 2008 hingga mengundurkan diri karena batasan masa jabatan.

Di bawah sistem politik yang baru, Serzh Sargsyan mengambil peran dominan sebagai perdana menteri. Sedangkan presiden yang baru memainkan peran yang sebagian besar seremonial.

Para pengunjuk rasa melihat perubahan pemerintah sebagai upaya untuk memperluas kekuasaan Sargsyan di negara bekas Uni Soviet. Para pengkritiknya bersumpah akan memblokir sidang parlemen tersebut agar dia tidak ditetapkan. Tetapi polisi menutup area tersebut beberapa jam sebelum pemungutan suara.

Pemimpin demonstran, anggota parlemen oposisi Nikol Pashinian, menyatakan apa yang dia sebut revolusi beludru. Dia mendesak para demonstran untuk terus mengepung kementerian pemerintah, kantor kejaksaan, Bank Sentral dan bangunan resmi lainnya.

Dia juga menyerukan untuk menyebarkan protes di Armenia.Polisi tidak campur tangan dengan protes pada siang hari, tetapi beberapa bentrokan meletus pada Selasa malam. Polisi mengatakan mereka menahan beberapa orang yang melemparkan batu ke arah kendaraan polisi.

Polisi juga bergerak untuk membersihkan beberapa barikade yang memblokir jalan-jalan utama. Langkah tersebut menyebabkan beberapa bentrokan dengan pengunjuk rasa.

Sehari sebelumnya, polisi menggunakan gas air mata dan granat kejut ketika para pengunjuk rasa mencoba menerobos lingkaran polisi. Para pejabat kesehatan mengatakan 46 orang, termasuk enam petugas polisi, cedera pada Senin (16/4).

Polisi juga menahan tiga demonstran yang terlibat dalam penyitaan singkat dari markas radio umum pada hari Sabtu.Armen Sarkisian, yang mengambil alih sebagai presiden dari Sargsyan awal bulan ini, mengeluarkan pernyataan pada Selasa. Ia memperingatkan pengunjuk rasa terhadap kekerasan dan tindakan yang melanggar hukum.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement