REPUBLIKA.CO.ID, PALM BEACH - Presiden AS Donald Trump mengatakan dia berharap pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dapat berjalan dengan sukses. Namun ia memperingatkan, dia bisa membatalkan pertemuan itu jika dinilai tidak akan membuahkan hasil.
"Saya berharap dapat melangsungkan pertemuan yang sukses (dengan Kim). Jika saya berpikir pertemuan itu tidak akan membuahkan hasil, maka saya tidak akan datang. Jika pertemuan itu tidak mencapai apa-apa, maka saya akan meninggalkannya dengan hormat," ujar Trump di Palm Beach, Florida, dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Rabu (18/3).
Trump mengatakan AS akan terus memberikan tekanan maksimum terhadap Korut sampai Pyongyang tak lagi mengembangkan senjata nuklir. Washington juga sedang bernegosiasi untuk membebaskan tiga warga Amerika yang ditahan oleh Korut. Namun, Trump tidak menjawab pertanyaan wartawan apakah pembebasan itu akan menjadi syarat untuk melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un.
Sebelumnya Trump mengatakan, Direktur CIA Mike Pompeo yang ia pilih sebagai calon menjadi Menteri Luar Negeri AS, telah menjalin hubungan baik dengan Kim Jong-un. Pompeo menjadi pejabat senior AS pertama yang diketahui telah bertemu dengan pemimpin Korut itu.
Para pejabat AS mengatakan, Pompeo bertemu dengan Kim dalam kunjungannya ke Pyongyang saat akhir pekan Paskah, yang berlangsung dari 31 Maret hingga 2 April. Kunjungan itu bertujuan untuk mempersiapkan pertemuan antara Trump dan Kim. Trump diharapkan dapat membujuk Korut agar menghentikan pengembangan rudal nuklirnya yang mampu menyerang AS.
"Mike Pompeo bertemu dengan Kim Jong-un di Korea Utara. Pertemuan berjalan dengan sangat lancar dan hubungan yang baik telah terjalin. Rincian pertemuan puncak sedang dibuat sekarang. Denuklirisasi akan menjadi hal yang hebat bagi dunia dan juga bagi Korea Utara!" ujar Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Kunjungan Pompeo memberikan isyarat yang kuat dari keinginan Trump untuk menjadi presiden AS pertama yang bertemu dengan pemimpin Korut. Pada Selasa (17/4), Trump mengatakan ia yakin ada banyak niat baik dalam pertemuan diplomatik yang mungkin dilakukan pada akhir Mei atau awal Juni ini.
Para pejabat AS mengatakan kunjungan Pompeo itu diatur oleh Kepala Intelijen Korea Selatan (Korsel), Suh Hoon, dengan Kepala Intelijen Korut, Kim Yong Chol. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk menilai apakah Kim siap untuk mengadakan pembicaraan serius untuk menghentikan program senjata nuklirnya.
Menurut mereka, percakapan Pompeo dengan Kim di Pyongyang menambah keyakinan Trump bahwa negosiasi produktif dengan Korut sangat mungkin dilakukan, meski tidak ada jaminan. Mereka tidak mengungkapkan tempat yang akan dijadikan lokasi pertemuan antara Trump dan Kim.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, Pompeo terbang ke Korut dari pangkalan Angkatan Udara AS di Osan, selatan Seoul. Dalam sidang pengesahan Senat pekan lalu untuk menjadi Menteri Luar Negeri AS, Pompeo mengaku optimistis pertemuan diplomatik antara Kim dan Trump akan berjalan, meski tidak ada yang menjamin kesepakatan komprehensif bisa tercapai dalam pertemuan itu.
Berita tentang kunjungan Pompeo ke Korut muncul ketika Presiden Korsel Moon Jae-in sedang mempersiapkan KTT dengan Kim, pada 27 April. KTT antar-Korea ini diharapkan dapat mengakhiri secara resmi Perang Korea pada 1950-1953.
"Sebagai salah satu rencana, kami sedang mencari kemungkinan untuk mengganti gencatan senjata di Semenanjung Korea dengan perjanjian perdamaian," kata seorang pejabat tinggi Korsel kepada wartawan di Seoul.
"Akan tetapi masalah ini bukan masalah yang bisa diselesaikan oleh kedua Korea saja. Masalah ini membutuhkan konsultasi erat dengan negara-negara terkait lainnya," tambah dia.