REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan pengguna narkoba di Jakarta mencapai 600 ribu orang. Jumlah ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 1 juta atau 10 persen dari total penduduk DKI.
"Ini tadi saya pikir datanya salah. Tapi ternyata ini jadi senjata yang perlu kita jadikan pengingat, warning. Jangan kita debat," kata Sandiaga di Balai Agung, Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (19/4).
Ironisnya, dari jumlah tersebut, lima orang dilaporkan meninggal setiap hari karena narkoba. Jumlah ini belum termasuk warga yang meninggal karena minuman keras (miras) oplosan. Menurut politikus Partai Gerindra itu, peredaran Narkoba telah masuk strata pendidikan paling rendah, mulai dari SD, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, hingga perguruan tinggi.
Menurut Sandiaga, fenomena ini sangat konyol. Di satu sisi, Pemprov DKI membuat berbagai program untuk membuka 250 ribu lapangan kerja per tahun. Namun, di sisi lain ada 1 juta orang berpotensi kehilangan produktivitas karena menggunakan Narkoba. "Berarti ada orang yang kerja make narkoba, padahal banyak yang enggak punya kerjaan, kesulitan (dapat kerja). Ini harus kita perangi," ujarnya.
Data ini juga ironis karena saat ini Indonesia tengah memasuki masa bonus demografi. Dengan begitu banyaknya kasus narkoba, potensi bonus demografi dikhawatirkan akan menjadi bencana demografi.
"Karena generasi muda yang bisa bersaing, begitu kena narkoba tidak bisa bersaing. Malah teler, malah beler," ucapnya.
Sandiaga menceritakan, kasus Narkoba juga ditemukan di dalam lingkungan keluarganya. Para pengguna ini berusaha menyangkal dan menjadi emosional serta paranoid ketika keinginannya menggunakan narkoba tak dipenuhi. "Nah ini sekarang kita butuh mereka direhabilitasi," ujarnya.
Sandi menambahkan, Pemprov DKI akan menggandeng berbagai instansi, seperti BNN, kepolisian, organisasi masyarakat, dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan narkoba. Ia ingin pemberantasan narkoba dilakukan secara menyeluruh.
"Kita all out, perang total. Ini disebut sebagai Indonesia darurat Narkoba dan Jakarta darurat Narkoba banget. Jadi Indonesia darurat Narkoba, kalau Jakarta darurat Narkoba banget," kata dia