Ahad 22 Apr 2018 12:29 WIB

Kabinet India Adopsi Hukuman Mati untuk Pemerkosa Anak

Aktivis perempuan di India berpendapat hukuman mati saja tidak cukup efektif.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Reiny Dwinanda
Kasus perkosaan di India
Foto: republika
Kasus perkosaan di India

REPUBLIKA.CO.ID, DELHI -- Kabinet India telah menyetujui hukuman mati bagi pelaku pemerkosaan yang korbannya anak-anak di bawah usia 12 tahun pada Sabtu (21/4). Keputusan ini diambil setelah Perdana Menteri Narendra Modi mengadakan pertemuan darurat untuk menanggapi kemarahan nasional atas serangkaian kasus pemerkosaan.

India telah meluncurkan pengadilan jalur cepat dan undang-undang perkosaan yang lebih keras, termasuk hukuman mati, setelah terjadi serangan terhadap seorang perempuan muda pada 2012. Akan tetapi ,wabah aksi perkosaan di India masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Ada 40 ribu kasus pemerkosaan yang dilaporkan pada 2016. Sebanyak 40 persen korbannya adalah anak-anak.

Kirti Singh, seorang aktivis hak perempuan, mengatakan hukuman mati tidak mungkin bisa bertindak sebagai pencegah dalam kasus-kasus seperti itu. Sebagai gantinya, pihak yang berwenang seharusnya fokus untuk melakukan investigasi dan proses hukum yang tepat.

"Penelitian telah menunjukkan, hukuman mati tidak bisa bertindak sebagai pencegah. Pengalaman kami menunjukkan hal yang sama. Kami menentang hukuman mati," katanya kepada Aljazirah dari New Delhi.

"Beberapa orang di India bertindak dengan impunitas, berpikir mereka tidak akan dihukum. Hukuman, bukan tingkat keparahannya, tetap harus dipastikan," ujar Singh.

Beberapa aktivis menginginkan pemerintah untuk menetapkan jangka waktu untuk membawa tersangka ke pengadilan. Pengadilan India terkenal karena sering menunda persidangan, dengan lebih dari 30 juta kasus yang telah tertunda.

 

photo
Kasus perkosaan di India

"Tingkat keyakinan dalam kasus perkosaan di India hanya 28 persen, yang menyiratkan 72 dari 100 tersangka tidak dihukum," ungkap Abhay Singh, seorang pengacara India.

Kemarahan nasional kembali muncul setelah terjadi aksi pemerkosaan terhadap seorang gadis Muslim berusia delapan tahun di Kathua, daerah yang didominasi Hindu di Kashmir yang dikelola India. Ironisnya, para pemimpin lokal BJP tampaknya justru mendukung orang-orang yang tertuduh.

Unjuk rasa juga terjadi di seluruh negeri setelah penangkapan seorang anggota parlemen dari BJP pekan lalu. Penangkapan itu berhubungan dengan insiden pemerkosaan seorang remaja di Uttar Pradesh.

Belum lama ini, serangan seksual terhadap seorang gadis berusia 11 tahun telah dilaporkan terjadi di Negara Bagian Gujarat. Hasil visum mengungkapkan, gadis itu telah disiksa, diperkosa, dan dicekik.

Kegagalan Modi untuk bertindak cepat, telah memicu kritik bahwa pemerintahnya tidak melakukan cukup banyak upaya untuk melindungi perempuan.

Menjelang pemilu tahun depan, Modi kini mulai bergerak cepat untuk memperbaiki persepsi negatif itu dengan mengadakan rapat kabinet darurat segera setelah ia kembali pada Sabtu (21/4) pagi dari kunjungan resminya ke Eropa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement