REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ahmad Fikri Noor, Iit Septyaningsih
Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak akhir pekan lalu masih terus berlanjut. Pada perdagangan Senin (23/4) pagi, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di laman Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah berada pada level Rp 13.894 per dolar AS. Nilai itu merupakan yang terlemah sejak awal 2016.
Situasi di pasar spot pun setali tiga uang di mana rupiah diperdagangkan Rp 13.890 per dolar AS (Reuters) dan Rp 13.975 per dolar (Bloomberg). Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta juga bergerak melemah sebesar 18 poin menjadi Rp 13.881 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya, yaitu Rp 13.863 per dolar AS.
Bahkan, harga jual dolar AS di PT Bank Central Asia (BCA) Tbk sudah menembus Rp 14 ribu per dolar AS atau tepatnya Rp 14.035. Harga jual dolar AS yang hampir mendekati Rp 14 ribu juga ditransaksikan di PT Bank Negara Indonesia (BNI) (Persero) Tbk, yakni Rp 13.990 per dolar AS.
Pedagang valuta asing (valas) pun telah menaikkan kurs jual dolar AS hingga mencapai Rp 14 ribu. Berdasarkan pantauan Republika, pedagang valas Emerald Valasindo menjual dolar AS seharga Rp 14 ribu. Sementara, kurs beli dolar AS sebesar Rp 13.700.
Richard (28 tahun), seorang karyawan swasta, mengaku menukarkan dolar AS miliknya dengan kurs senilai Rp 13.766 per dolar AS. "Saya tukar dolar AS ini sisa setelah kemarin dari luar negeri. Saya tidak terlalu memantau kurs sih. Tapi, ternyata lumayan tinggi ya," ujar Richard.
Analis Binaartha Securities Reza Priyambada menjelaskan, pelemahan rupiah tak dapat dilepaskan dari sentimen eksternal. Ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh Bank Sentral Inggris Bank of England (BoE) berdampak pada nilai tukar poundsterling.