REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Teknologi Informasi (IT) Ismail Fahmi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan adem dalam berdemokrasi melalui tagar-tagar politik. Itu agar masyarakat tak mudah dipecah belah oleh oknum tertentu yang menginginkan adanya pecah belah di antara mereka.
“Agar tak pecah belah dan saling intimidasi, masyarakat harus lebih baik dan tetap cool bila menemukan provokasi oleh oknum tertentu,” ungkap Ismail kepada Republika.co.id, Senin (30/4).
Dia menekankan, masyarakat harus menonjolkan sifat masyarakat Indonesia yang menerima perbedaan pendapat. Sehingga, dia mengimbau adanya inisiasi untuk berkegiatan bersama kepada kedua belah pihak pemilik tagar-tagar politik ini.
“Nah mereka harus cool, harus benar-benar menggunakan sifat orang-orang yang berbeda pendapat harusnya oke. Kalau bisa mereka membuat inisiatif yang baik, seperti kegiatan bersama dengan kedua pemilik tagar, baik tagar #2019GantiPresiden maupun tagar #Jokowi2Periode,” ujar pengamat yang merupakan lulusan ITB Bandung itu.
Dia mencontohkan, kegiatan bersama itu bisa jadi berbentuk kegiatan kerja bakti bersama atau aksi-aksi bakti sosial bersama. Dengan mengenakan kaos masing-masing tagar, mereka bisa mengkesampingkan adu politik terlebih dahulu.
“Katakan misalnya ada 20 orang pakai kaos tagar #2019GantiPresiden dan 20 orang pakai kaos tagar #2019TetapJokowi misalnya. Mereka bikin acara bersama, misalnya kerja bakti . Kemudian disiarkan dalam bentuk video, disiarkan dalam bentuk berita. Ini kan bagus. Beda pendapat tapi tetap bagus. Jadi mereka tetap bersama-sama, tidak ada masalah, walaupun berbeda pendapat,” ujar Ismail.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk menyampaikan aspirasi demokrasinya melalui tagar-tagar itu dengan mengedepankan kedamaian. “Kalau ada urusannya dengan menjelek-jelekkan siapa pun itu, itu setop aja. Dibaca saja boleh, tapi jangan diambil hati. Cuekin aja, jangan disebarkan,” imbaunya.