Selasa 01 May 2018 21:01 WIB

Keluarga Korban Pembagian Sembako Minta Keadilan

Meskipun berkebutuhan khusus, korban bukan anak yang sering sakit-sakitan.

Rep: Umi Nur Fadhilah / Red: Ratna Puspita
Rumah kontrakan tempat tinggal keluarga korban meninggal pembagian sembako di Monas yang terletak di RT 12/RW 13 Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Rumah kontrakan tempat tinggal keluarga korban meninggal pembagian sembako di Monas yang terletak di RT 12/RW 13 Pademangan Barat, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Umi Nur Fadhilah

"Rizki,” panggil perempuan sembari diiringi suara isakan. 

"Rizki.” Kembali terdengar suara isakan

"Rizki.” Suara isakannya semakin keras. 

Suara itu berasal dari bibir Komariah. Perempuan yang tinggal di rumah kontrakan di RT 12/RW 13 Pademangan Barat, Jakarta Utara, ini baru saja kehilangan anaknya. Sembari duduk di kasur yang tergeletak di kasur, tatapannya tampak kosong.

Anak Komariah yang lain bernama Adi Ashari mengusap punggungnya. Adi meminta Komariah mengucapkan istigfar. Namun, Komariah tetap memanggil nama Rizki. Meminta Rizki datang ke pelukan Komariah.

“Rizki di mana sih. Sini Rizki, mama gendong,” ucap Komariah kembali.

Adi mengeraskan suaranya. Dia meminta ibunya kembali mengucap istigfar.

Namu,  Komariah malah mengenang kejadian di Monas, Sabtu (28/4). Peristiwa sebelum anaknya, Muhammad Rizki Syahputra, meninggal pada Ahad (29/4) pukul 04.45 WIB.

"Ini gara-gara mama. Mama nggak mau lagi ke Monas. Mama nggak mau duit. Mama mau Rizki," kata Komariah.

Tangis Komariah kembali pecah. Kemudian, Komariah yang tak tidur semalaman pingsan di pelukan Adi, kakak Adi bernama Dede Komarudin, dan tetangga mereka. 

photo
Bagian dalam rumah kontrakan tempat tinggal keluarga korban. (Republika/Umi Nur Fadhilah)

Rizki dikenal dekat dengan ibunya. Sehari-hari, perempuan yang dipanggil Kokom itu selalu bersama Rizki. Ia tak bekerja, hanya fokus mengurus Rizki yang merupakan penyandang down syndrome.

Dede Komarudin mengatakan Rizki adalah anak yang sehat dan lincah. Meskipun menjadi anak berkebutuhan khusus, Rizki bukan anak yang sering sakit-sakitan.

Di rumah kontrakan papan berukuran 4x4 meter, Rizki kerap tidur di lantai. Untuk sakit seperti batuk, pilek, dan demam, Dede mengatakan, adiknya tak pernah sakit.

"Sehat nggak ada sakit apa-apa, kuat. Di ubin gitu, nggak pake baju, sehat. Nggak pernah masuk angin," kata Dede yang bekerja sebagai sopir itu.

Kontrakan tersebut ditinggali lima orang, Komariah dan empat anaknya. Rizki adalah anak terakhir. Sementara ayah Rizki, meninggal tujuh bulan lalu.

Baca Juga: Panitia Sembako Sudah Beri Santunan ke Keluarga Korban

Dede mengatakan, keluarganya belum pernah ikut kegiatan pembagian sembako. Pun saat berangkat, ibunya tak mengetahui tujuan mereka adalah kegiatan pembagian sembako. Komariah mendapat informasi, kegiatan di Monas adalah pesta rakyat.

Pascakejadian, Komariah mengatakan sejumlah aparat kepolisian dari Polres Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya sudah mendatangi rumah korban. Sehari sebelumnya, ia berujar ada orang yang mengaku sebagai relawan mendatanginya. 

Mereka membawa sejumlah uang senilai Rp 5 juta rupiah. Tak hanya itu, berdasarkan keterangan Komariah, mereka meminta keluarga tak bicara pada orang lain, apalagi media.

Di hadapan media, Komariah memohon adanya pengusutan kasus kematian anaknya. Ia meminta keadilan atas kematian Rizki.

"Saya mau diusut tuntas. Biar anak saya tenang di sana. Biar saya nggak salahin diri sendiri," ujar dia. 

Baca Juga: Polri Minta Polda Usut Dua Anak Tewas Saat Pembagian Sembako

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement