Rabu 02 May 2018 03:53 WIB

Insiden Sembako Monas, Ketua Komisi C: Semoga Ini Terakhir

Untuk memenangkan suara, lembaga politik diminta tak korbankan rakyat.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah warga berdesakan untuk mengambil sembako gratis saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Sejumlah warga berdesakan untuk mengambil sembako gratis saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi C DPRD DKI Jakarta, Santoso, mendatangi langsung rumah dua korban tewas, yang terjadi dalam acara bagi-bagi sembako Untukmu Indonesia di Monas, Sabtu (28/4) lalu. Ia menyatakan, tidak boleh ada politik yang sampai harus membahayakan nyawa rakyat.

"Mudah-mudahan ini adalah yang pertama yang terakhir. Tidak boleh ada partai politik yang menggunakan cara-cara seperti ini untuk memenangkan Pilkada maupun Pilpres. Apalagi dengan acara seperti itu (bagi-bagi sembako)," ujar Santoso saat ditemui di rumah korban Mahesa, Selasa (1/5).

Santoso mengungkapkan, untuk memenangkan perolehan suara masyarakat, partai politik atau lembaga manapun, jangan sampai mengorbankan nyawa orang bahkan nyawa anak-anak tidak berdosa. Walaupun masyarakat Indonesia misalnya memang sedang dalam kondisi sulit, tidak seharusnya memberikan kemudahan dengan bagi-bagi sembako.

"Kita kan ada jajaran RT, RW, Lurah, kenapa tidak didistribusikan saja kepada mereka? Itu kan mereka hanya ingin show off saja, supaya dilihat hebat. Tapi saya ke sini untuk melihat langsung kondisi keluarga dua korban, tadi orang tua Mahesa belum bisa diajak bicara karena masih shock ya," jelas Santoso.

Baca juga, Panitia Pembagian Sembako di Monas Catut Logo Pemprov DKI. 

 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) DKI Jakarta, Tinia Budiarti, mengatakan agar jangan sampai bagi-bagi sembako ini dieksploitasi, sehingga memperlihatkan bagaimana miskinnya masyarakat Indonesia. Tinia memberikan contoh lembaga Dompet Dhuafa yang mengatur penyaluran sedekah dengan baik dan terencana.

"Setelah saya tanya-tanya, ternyata kupon itu dibagi-baginya di pembantu-pembantu yang ada di komplek-komplek sekitar Jabodetabek, sementara pemberitaan menyebut seolah-olah warga Jakarta. Ini kan enggak fair. Di Republika kan ada Dompet Dhuafa, jadi tolong ini diberitakan," jelas dia.

Dompet Dhuafa yang menjadi lembaga penyalur zakat dan sedekah resmi Republika, telah berdiri sejak September 1994 sebagai sebuah yayasan lalu dikukuhkan sebagai sebuah lembaga zakat pada 2001 oleh Menteri Agama RI. Dompet Dhuafa adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ziswaf.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebutkan kedua bocah berinisial MJ dan AR meninggal dunia karena ikut dalam antrian bagi-bagi sembako yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia pada Sabtu (28/4) lalu.

Sandiaga merasa prihatin atas hilangnya dua anak korban tewas warga Pademangan, Jakarta Utara itu. Pihak Pemprov DKI Jakarta juga akan menginvestigasi penyebab sesungguhnya atas kematian dua anak yang disebut-sebut dehidrasi dalam antrian sembako di acara Untukmu Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement