REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: amri amrullah/mabruroh/eko widiyatno/arif satrio nugroho/dessy suciati saputri
DEPOK -- Insiden kericuhan dan penyanderaan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, akhirnya berhasil disudahi setelah berlangsung sekitar 38 jam hingga Kamis (10/5). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, kejadian itu meneguhkan tekad pemerintah memberantas terorisme.
Presiden juga mengatakan, rakyat dan negara tak akan takut terhadap tindakan para terorisme. "Perlu saya tegaskan bahwa negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberikan peluang sedikit pun pada terorisme," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5).
Jokowi kemudian memerintahkan kepada Wakapolri Komjen Syafruddin untuk menaikkan pangkat luar biasa kepada lima prajurit Polri yang gugur. "Atas nama rakyat, bangsa, dan negara saya sampaikan rasa duka mendalam atas gugurnya lima anggota Polri dalam melaksanakan tugas dari negara dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan menghadapi cobaan ini," kata Presiden.
Para narapidana kemudian langsung dipindahkan ke Lapas Nusa kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, selepas operasi pembebasan. Napi teroris yang dipindahkan berjumlah 155 orang dan kebanyakan dianggap terlibat menyandera anggota Polri di rutan Mako Brimob sejak Rabu (9/5).
Iqbal mengatakan, setelah mereka berhasil dilumpuhkan kemarin pagi, para napi teroris ini langsung dipindahkan dengan ditransfer menggunakan bus yang sudah disiapkan. Sementara, sepuluh napi yang disebut bertahan hingga saat-saat terakhir masih menjalani pemeriksaan.
Perlu saya tegaskan bahwa negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberikan peluang sedikit pun pada terorisme, kata Presiden Jokowi.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi Utami, mengata kan, mereka akan ditempatkan di hunian kamar dengan sistem satu sel untuk seorang. Di Nusakambangan, 145 napiter akan ditempatkan di Lapas Batu dan Lapas Pasir Putih.
Dari pemantauan, sepanjang Kamis (10/5), pengamanan di sekitar dermaga Wijayapura yang merupakan dermaga utama penyeberangan ke Nusakambangan mendapat penjagaan ketat dari petugas keamanan. Satu unit kendaraan taktis (rantis) juga ditempatkan di area parkir dermaga.
Sedangkan, Wakapolri Komjen Syafruddin memastikan, petugas keamanan telah menyelesaikan operasi pembebasan sandera pada Kamis (10/5) pagi. "Operasi penanggulangan pembebasan sandera sudah selesai, aman, dan terkendali dan seluruh napi teroris menyerahkan diri," ujar Syafruddin di Mako Brimob.
Penjagaan ketat terlihat di depan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, serta dihiasi sejumlah karangan bunga yang dikirimkan dari pejabat negara, Jumat (11/5).
Operasi ini, menurutnya, merupakan penanggulangan dengan pendekatan lunak. Ia menegas kan, hal ini bukan merupakan upaya negosiasi. "Semua menyerahkan diri di evaluasi, baik karena ketangguhan dan kecermatan seluruh tim. Sehingga, apa yang kita hasilkan menjadi pelajaran kita semua," ucap Syafruddin.
Kabar insiden di Rutan Mako Brimob mulai santer terdengar sekitar pukul 21.30 WIB pada Selasa (8/5) lalu. Namun, pernyataan resmi dari kepolisian tak keluar hingga lewat tengah malam. Saat itu pun kepolisian belum menyatakan ada korban meninggal.
Dalam versi resmi yang kemudian dilansir, kericuhan bermula di blok C Rutan Mako Brimob menjelang Isya hari itu. Kala itu, seorang narapidana terorisme bernama Wawan Kurniawan alias Abu Afif (43 tahun) memprotes pemeriksaan atas makanan yang dihantarkan keluarganya.
Protes itu berubah menjadi kericuhan tak lama kemudian.Para napi terorisme disebut mulai membobol pintu dan sel serta memecahkan kaca-kaca, juga berupaya merebut senjata petugas. Para napi kemudian merangsek ke ruang penyidikan, melukai empat petugas, dan menyandera lima lainnya. Satu napi, Beny Syamsu Trisno alias Abu Ibrahim, yang berupaya merebut senjata petugas tewas dalam kericuhan itu.
Menjelang pukul 22.00 WIB, penjaga kewalahan dan para napi berhasil menguasai seluruh blok penjara. Sebanyak 30 hingga 40 napi yang aktif dalam upaya tersebut juga berhasil merebut senjata dari petugas.
Sejauh ini, kepolisian belum memerinci tuntutan para napi dalam penyanderaan tersebut. Bagai mana pun, lima di antara para petugas, yakni empat anggota Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88), yakni Briptu Wahyu Catur Pamungkas, Briptu Syukron Fadhil, Iptu Yudi Rospuji Siswanto, dan Brigpol Fandi Setyo Nugroho; dan satu anggota bertugas di Polda Metro Jaya, yakni Aipda Denny Setiadi, gugur dalam penyanderaan.
Setelah bertahan lebih dari 24 jam, para napi penyandera kemudian melepaskan Bripka Iwan Sarjana dengan barter makanan dan minuman sekitar pukul 00.00 WIB, Kamis (10/5). Pagi harinya, pasukan melakukan penuntasan operasi menghadapi sepuluh napi yang masih bertahan. Seluruh napi kemudian menyerahkan senjata dan operasi dinyatakan berhasil pukul 07.30 WIB.