REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berharap Polri transparan dalam mengungkap peristiwa pembunuhan anggota Brimob dan pelaku dari teroris jaringan mana. Polri juga perlu meningkatkan keamanan di sekitar Mako Brimob.
Menurut Neta, jika keamanan anggota polisi di markas komando pasukan elit Polri itu saja tidak bisa terjaga, bagaimana publik bisa percaya bahwa polisi mampu menjaga keamanan masyarakat. Terlebih, Mako Brimob Kelapa Dua Depok Kamis tengah malam kebobolan lagi.
"Seorang terduga teroris berusia 23 tahun asal Jawa Barat melakukan serangan dari luar. Akibatnya seorang polisi tewas terbunuh dalam serangan itu," ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (11/5).
IPW merasa prihatin dengan peristiwa ini, apalagi terjadi usai kekacauan di Rutan Brimob yang menyebabkan lima polisi terbunuh. Tapi sayangnya hingga Jumat siang Polri belum mengumumkan tragedi Kamis malam ini.
Dari info yang dikumpulkan IPW, disebutkan bahwa pada Kamis (10/5) malam pukul 23.45, dua Intel Brimob melihat tiga lelaki yang mencurigakan di sekitar Mako Brimob. "Sepertinya ketiganya diduga membawa bahan peledak. Kedua Intel Brimob itu, Briptu Norman dan Briptu G pun berusaha membekuk ketiganya," paparnya.
Namun hanya TS yang tertangkap. Sedangkan dua temannya berhasil kabur. Dengan membawa bahan peledaknya. TS pun lalu dibawa ke kantor Satintelmob di dalam Mako Brimob.
Saat diperiksa TS diketahui berusia 23 tahun dan berasal dari Tanjung Siang, Jabar. Saat diperiksa TS ijin ke toilet karena lama tak muncul Bripka Marjin Prancis mendatangi toilet.
Saat itulah, papar Neta, TS melakukan serangan dan menikam anggota Brimob itu bertubi tubi. Mendengar keributan di toilet, teman-temannya mendatangi TKP dan berhasil membekuk TS.
"Sementara Bripka Marhun yang luka parah dibawa ke RS Bhayangkara Brimob. Pukul 02.40 WIB, korban meninggal dunia dengan luka parah di bagian perut," ujarnya.