Senin 14 May 2018 17:22 WIB

Uskup Suharyo: Teror di Surabaya Bukan Soal Agama

Menurutnya aksi bertujuan untuk menimbulkan kekacauan dan mengubah haluan negara.

 Polisi menutup jalan di depan Polrestabes Surabaya, setelah terjadi ledakan di pintu masuk Polrestabes Surabaya, Senin (14/5).
Foto: AP/Achmad Ibrahim
Polisi menutup jalan di depan Polrestabes Surabaya, setelah terjadi ledakan di pintu masuk Polrestabes Surabaya, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo menegaskan bahwa aksi teror yang terjadi di tiga gereja di Surabaya serta di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo pada Ahad (13/5), bukan masalah agama tertentu. Pernyataan tersebut diungkapkan uskup setelah mendengar aksi teror susulan di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5) pagi.

"Supaya jelas bahwa peristiwa yang terjadi di Surabaya, bahkan sampai hari ini, tidak menyangkut satu komunitas agama tertentu tetapi menyangkut kita semua sebagai warga negara Indonesia dengan beragam latar belakang agama kita. Yang diserang bukan hanya lembaga gereja tetapi juga lembaga negara, khususnya kantor kepolisian," kata Uskup Suharyo kepada wartawan di Katedral Jakarta, Senin.

Mengutip pernyataan sikap tokoh lintas agama terkait teror di Surabaya, uskup mengatakan bahwa serangan teror kali ini adalah gerakan yang terpola, terstruktur, dan berjenjang yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan kekacauan dan mengubah haluan negara Indonesia sebagai negara yang berdiri atas dasar konsensus bersama di atas semua golongan ras, etnis, dan agama.

"Maka negara tidak boleh kalah oleh ulah segelintir orang yang mengatasnamakan jihad tetapi justru merusak dan menodai makna jihad yang sesungguhnya yaitu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Bukan dengan menebar teror, membunuh, dan menggunakan kekerasan," ujar Uskup Suharyo membacakan pernyataan tersebut.

Seperti seluruh komunitas agama lain, Uskup Suharyo yang sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengutuk keras tindakan terorisme atas dasar dan latar belakang apapun. Menurut dia, tindakan yang menggunakan kekerasan, terorisme, menebarkan rasa benci, dan mengafirkan mereka yang di luar keyakinannya bukanlah ajaran agama.

Atas teror yang terjadi di gereja, permukiman warga, bahkan di kantor polisi itu Uskup Suharyo mengajak seluruh masyarakat Indonesia tidak terprovokasi dan terus menggalang solidaritas kemanusiaan untuk menolak segala bentuk kekerasan.

"Yang dicederai oleh tindakan yang sangat mengerikan ini bukan saja komunitas agama yang kemarin gerejanya dibom, tetapi juga kebersamaan kita sebagai dalam NKRI dan sebagai bangsa Indonesia," kata dia.

Uskup juga mengimbau segenap umat beragama untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa, sebaliknya mempercayakan penanganan dan penanggulangan teror kepada aparat keamanan.

"Kita mendukung aparat keamanan, salah satunya dengan tidak ikut-ikutan menyebarkan isu, gambar korban, dan berita yang belum terverifikasi kebenarannya terkait peristiwa ini," tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement