REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memberikan kesan yang baik bagi wisatawan sangat penting dalam pariwisata. Termasuk bagi Indonesia yang terus menjadi destinasi utama wisatawan mancanegara.
Sekali meninggalkan kesan yang tidak baik, maka akan berdampak buruk bagi pariwisata.
"Moment of truth sangat penting dalam marketing sebagai Place. Artinya, kesan yang mendalam ini harus bisa diberikan seluruh pihak yang terkait dengan pariwisata," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat memberikan pelatihan (Training of Trainer) program Wonderfu Indonesia Service Ambassador (WISA) bagi pengemudi Blue Bird, Rabu (16/5) kemarin.
Moment of Truth itu tidak selalu harus didapatkan wisatawan di destinasi wisata. Tapi juga dengan berbagai hal yang terkait dengan pariwisata. Salah satunya sektor transportasi.
Menpar memberikan contoh layanan taksi di bandara. Ketika wisatawan baru tiba di bandara, maka kesan yang baik dari pengemudi taksi tentu akan memberikan kesan pertama soal pariwisata Indonesia.
"Diperlukan first impression yang mendalam (moment of truth), khususnya tentang Wonderful Indonesia sehingga menjadi kenangan yang membuat mereka akan berkunjung kembali ke Indonesia atau repeat guest," ujarnya.
Inilah yang coba disampaikan Menpar Arief Yahya. Ia pun merasa beruntung karena mendapat dukungan yang kuat dari manajemen Blue Bird, untuk meningkatkan pelayanan pengemudi Blue Bird sebagai ujung tombak pelayanan kepada wisatawan.
Menpar membandingkan layanan yang diberikan Black Cab Taxi di London, Inggris. Bagi wisatawan, tidak lengkap rasanya jika beum naik Black Cab. Walaupun tarifnya tiga kali lebih mahal dari tarif taksi biasa, tapi taksi berbentuk unik itu masih menjadi idola para wisatawan.
Para pengemudinya pun sudah dibekali dengan pengetahuan tentang seluk beluk jalan serta berbagai spot destinasi yang ada. Mereka juga memiliki story telling yang kuat yang dibutuhkan wisatawan.
Misalkan untuk wisatawan muslim. Mereka memiliki pengetahuan dan bercerota tentang dimana kuliner halal, dan kebutuhan muslim lainnya di London.
"Kemenpar akan membuat aplikasi yang bisa membantu pengemudi terkait berbagai hal tentang pariwisata di Indonesia. Aplikasi ini nantinya akan dipasang di dashboard dan berfungsi memudahkan para pengemudi Blue Bird dalam memberikan informasi atau menjelaskan kepada penumpangnya tentang atraksi, amenitas, maupun aksesibilitas (unsur 3A) di masing-masing destinasi," ujarnya.
100 driver Blue Bird yang mengikuti ToT, disiapkan sebagai calon pelatih (trainer). Mereka nantinya bertindak sebagai satgas pelatihan bagi rekan-rekan driver lain dalam kelas-kelas selanjutnya.
Arief Yahya berharap dengan adanya pelatihan ini, para pengemudi Blue Bird dapat menjadi konsultan destinasi wisata.
"Layaknya seorang konsultan, para pengemudi ini akan lihai memberikan rekomendasi mengenai hotel, restoran, mall serta destinasi wisata yang menarik dikunjungi wisatawan," jelas Arief Yahya.