REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perempatan di Mampang, Jakarta Selatan, yang ditutup sejak Jumat (18/5) malam sudah dibuka kembali hari ini (20/5). Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Wakadishubtrans) DKI Jakarta, Sigit Widjatmoko, mengungkapkan pembukaan kembali simpang di wilayah Mampang telah mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek ekonomi.
"Kita juga harus kembali menganalisa bahwa aspek ekonomi yang timbul dari rekayasa lalu lintas yang disampaikan masyarakat begitu," ujar Sigit kepada Republika.co.id, Ahad (20/5). Menurut dia, saat melakukan pengkajian maupun evaluasi, banyak pelaku usaha di sekitar simpang wilayah Mampang yang ikut dilibatkan.
Setelah dilakukan uji coba penutupan, rupanya para pelaku usaha itu lebih dominan yang mengungkapkan protes. "Namun demikian, dengan mempertimbangkan bahwa ini harus mendapatkan pemahaman dan persetujuan dari banyak pihak, kemarin itu dominan yang melakukan protes adalah yang punya usaha di sekitar simpang tersebut," papar Sigit.
Ia membantah bahwa pembukaan kembali simpang beberapa titik wilayah di Mampang, yang sempat ditutup beton, dikarenakan kebakaran di Kemang, yang menewaskan satu bocah berusia 10 tahun. Warga menyebut anak itu tewas akibat mobil pemadam kebakaran (damkar) telat datang lantaran jalan ditutup dan harus memutar balik.
"Oh tidak ada kaitannya itu (dengan peristiwa kebakaran kemarin). Kita lebih melihat kepada aspek ekonomi tadi, dan komunikasi dengan pelaku usaha di sana," jelas Sigit.
Simpang yang dimaksud adalah antara Jalan Kemang Utara IX-Jalan Duren Tiga Raya. Selain itu, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta juga menutup dua persimpangan lainnya sejak Jumat (18/5), yaitu Jalan Mampang Prapatan VII-Jalan Mampang Prapatan VIII dan Jalan Duren Bangka-Jalan Duren Tiga Selatan.
Dishubtrans DKI Jakarta tentunya bersama semua pihak menginginkan agar suatu kebijakan itu bisa diterima dan berjalan dengan baik pada praktiknya. Sementara untuk kebijakan tersebut, belum bisa dilaksanakan karena ada sesuatu aspek yang lebih besar, seperti keselamatan pengguna jalan, kelancaran keteraturan lalu lintas yang butuh komitmen bersama untuk bisa mewujudkannya.
"Jadi bukan dinilai karena rekayasanya gagal, tidak. Tetapi lebih kepada bagaimana kita membangun komunikasi kepada semua pihak, sehingga yang jadi policy adalah satu solusi yang bersifat permanen dan konkret, didukung oleh semua elemen yang ada," papar Sigit.
Penutupan beberapa titik simpang itu pun, dilakukan dalam rangka uji coba. Uji coba setelah sebelumnya, Dishubtrans telah melakukan kajian dan pengamatan, sehingga bisa mengoptimalkan simpang yang ada di sana. Namun, pihaknya juga menperhatikan apa yang menjadi aspirasi masyarakat, walaupun pada saat pelaksanaan evaluasi, pihaknya sudah libatkan semua mulai dari tingkat kota, kecamatan, ataupun kelurahan.