REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saat ini, Malaysia tercatat memiliki utang sebesar RM 1 triliun atau sekitar Rp 3.500 triliun. Terkait utang ini, Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng memastikan bahwa Malaysia tidak akan bangkrut di bawah kepemimpinan PM Mahathir Mohamad.
Lim mengatakan membengkaknya utang Malaysia diduga berkaitan dengan kasus korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). 1MDB merupakan dugaan kasus korupsi yang menyeret nama mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Tingkat utang Malaysia saat ini, lanjut Lim, dapat diperbaiki setelah prinsip dasar sistem keuangan diterapkan di Malaysia. Prinsip dasar ini meliputi efisiensi, akuntabilitas dan transparansi.
Untuk mendukung hal ini, para pejabat ahli juga dipersilahkan untuk menjalani tugas mereka secara profesional dan penuh integritas. Kombinasi ini diyakini Lim akan membuat kondisi tingkat utang Malaysia membaik.
"Jika kita bisa melakukan itu, saya percaya sistem keuangan negara ini dapat pulih," ungkap Lim dalam konferensi pers perdananya sebagai menteri keuangan Malaysia pada Selasa (22/5).
Lim juga menegaskan, utang Malaysia mungkin saja akan membawa negara tersebut menuju kebangkrutan jika masih dikuasai oleh pemerintahan lama. Namun, Lim optimistis jika pemerintahan baru di bawah kepemimpinan PM Mahathir Mohamad tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.
"Jika masih di bawah pemerintahan lama, (utang) akan menyebabkan bankrut, tapi di bawah pemerintahan baru, kami akan menyelamatkan negara ini," ujar Lim.
Sebelumnya, pemerintahan Malaysia dikuasai oleh Barisan Nasional. Pasca pemilu 9 Mei lalu, Pakatan Harapan kini memegang alih pemerintahan Malaysia di bawah kepemimpinan PM Mahathir Mohamad.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, utang negaranya kini telah menembus angka 1 triliun ringgit atau 251,70 miliar dolar AS. Menurut dia, meningkatnya jumlah utang ini disebabkan oleh skandal korupsi yang menjerat pemerintahan sebelumnya di bawah pimpinan Najib Razak.
"Kami menemukan keuangan negara telah disalahgunakan sehingga sekarang kita menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan masalah utang yang telah meningkat menjadi 1 triliun ringgit," kata Mahathir, yang berbicara untuk pertama kalinya di hadapan staf kantor perdana menteri, Senin (21/5).